Husband Material
Husband Material
Takdir,
satu kata yang selalu ada dikehidupan seseorang. Kedua anak dari konglomerat
ternama harus menelan pahitnya hidup disaat perjodohan datang menghantui hidup
keduanya, perjanjian kedua orang tua yang membuat mereka harus tersiksa dalam
tali pernikahan yang tak pernah mereka inginkan. Apa ini takdir? Jalan hidup
aku? Itulah yang selalu asha pikirkan mengenai kehidupan pernikahannya ini.
Ingin melakukan tugas selayaknya istri pun ia tak mampu, melihat suaminya saja
ia sudah malas dan muak, apalagi harus melayaninya.
Pagi
ini asha terbangun dikamar tamu, melihat kesekeliling dan terkejut melihat
seorang pria tampan yang ada disebelahnya “akkkkkkkk!!!!!!!!!,” teriak asha
segera berdiri melihat sang suami tidur disebelahnya. Tak ada reaksi, sang
suami hanya membuka mata menatap asha datar “apa lo liat-liat! Ngapain lo
disini hah?!” kesal asha menatap sang suami tanpa merasa takut sedikitpun
“berisik” Sinis suami asha kembali tidur dan membalikkan badannya memunggungi
asha. Asha bersiap untuk ke kantor, memakan sarapan yang telah disiapkan oleh sang
bibi, bi yum adalah bibi kesukaan asha dari kecil, bahkan asha lebih sering
cerita ke bi yum daripada mamanya sendiri, “non asha, den ziel belum bangun?”
tanya bi yum saat meletakan bekal buah diatas meja untuk asha dan ziel “aku
gatau, ga urus” jawab asha acuh memainkan hpnya, sumpah mati mendengar nama
ziel asha sangat muak, “semalem bi yum lihat jam 4 pagi baru pulang non,
manatau dia sakit, sudah mau telat kerjanya loh” jelas bi yum membujuk asha
agar sedikit memperhatikan suaminya itu, “gapapa bi kalo dia sakit aku seneng
gausah liat muka dia” jelas asha cekikikan kecil membuat bi yum menghela nafas
dan menggelengkan kepalanya saat berjalan pergi.
Suasana
kantor asha sangat sibuk hari ini, jadwal asha juga terbilang cukup padat,
sedari pagi sampai sore ini asha masih setia bulak – balik keruangan meeting,
“ini kapan selesainya sih gue meeting mulu” jelas asha penat duduk
diruangannya “satu meeting lagi sha, sama suami lo” jelas ivana terkekeh kecil,
ia adalah sahabat asha sedari kecil, ivana anak dari konglomerat juga namun
karena ada masalah keuangan, keluarganya jatuh bangkrut dan membuat asha
mempekerjakan ivana menjadi sekretaris pribadi nya “sumpah gue bener-bener muak
sama tu orang” Sinis asha membuat ivana kembali terkekeh kecil “tiati loh,
menurut gue sebenentar lagi kalian menimang buah hati” ledek ivana dengan canda
tawa yang sangat puas melihat sahabatnya yang tertekan itu. Asha kembali menuju
ruang meeting, ziel bersama james sudah ada diruangan meeting, sama seperti
ivana, james juga salah satu sahabat ziel yang ia jadikan sekretaris pribadinya
“haii jamieee” sapa ivana saat memasuki ruangan dibalas anggukan oleh james,
“ayo mulai van, gue pengen cepet-cepet pulang” ketus asha segera duduk
dikursinya menunggu ivana menyiapkan materi meeting, “nanti pulang bareng”
jelas ziel singkat tanpa menatap asha, “maaf bapak ziel, saya membawa kendaraan
sendiri dan saya juga tidak minat pulang bersama bapak” jelas asha dengan senyumam
terpaksa dan suara lembut bicara menatap ziel “gue gamau tau, atau gue aduin
kelakuan lo minggu lalu ke mama papa” jelas ziel membuat asha membulatkan
matanya menatap suaminya itu kesal, “gue baru tau lo secepu ini!” kesal asha
segera membuka laptopnya bersiap untuk memulai meeting sore ini, merasa puas
dengan ancamannya, ziel sedikit menaikkan sudut bibirnyan tanda kemenangan
telah membuat asha kesal dan menurutinya.
“lo
cape gaksih liat bos kita ribut terus, kek pengen banget gue bikin mereka jatuh
cinta sampe bucin mampus sumpah” jelas james saat kedua bosnya telah pulang
duluan, “sumpah iya! Kayak gue pengen banget asha membuka hati dan lupain si
jelek aldo!” Ketus ivana sangat kesal dengan asha yang belum juga moveon dengan
mantannya yang sangat toxic. Suasana didalam mobil sangat hening, hanya
ada suara lampu sein sesekali yang memecah keheningan itu, “kita mau kemana?”
tanya asha malas “gausah bawel” jelas ziel malas meladeni asha, “bawel apaan,
gue aja daritadi diem! Lo ini emang suka banget cari ribut ya, ga tenang
kayaknya kalo kita garibut” oceh asha, inilah yang ziel maksud, ia sangat lelah
mendengar ocehan asha yang sangat berlebihan, pusing dan pening ziel rasakan
setiap hari mengingat keduanya adalah pasangan suami istri. Keduanya sampai di restaurant
ternama, asha yang melihatnya semakin heran untuk apa mereka kesini, “pake
cincin nikah lo” jelas ziel memakai cincin nikahnya yang ada dimobil, “lo gila
ziel! Cincin nikah lo taro disini” ya…
lagi – lagi oceh asha “cepetan pake, mama papa gue udah didalem” jelas
ziel membuka pintu dan turun dari mobil, “demi apa ini orang! Gue jelek buluk
gini harus ketemu mertua! Dasar!” Dumel asha masih didalam mobil.
“Halo
anak mama, cantik sekali kamu” sapa mama ziel, anna. Asha hanya tersenyum dan
memeluk anna singkat, ia juga memeluk papa ziel, antonio, dengan singkat. “asha
kamu kok kayak lelah banget ya, jangan – jangan kamu lagi isi ya” goda anna
membuat asha kaget dan tertegun, “enggak ma” jawab asha langsung “jangan
lama-lama loh, papa mama sudah tua, kalian juga sudah matang untuk punya
keturunan” jelas antonio membuat asha hanya bisa menanggapi mertuanya itu
dengan senyuman kikuk, sementata ziel hanya sibuk memakan appetizer yang
tersedia disana, biarkan saja asha merespon sendiri, toh kalo itu mama dan
papanya asha juga akan membuat ziel berurusan dengannya tanpa mempedulikan
ziel. “mama sama papa mau urusin perusahaan di Jepang, kalian mama minta untuk jaga
perusahaan ya, serahin saja dulu urusan kantor kalian ke ivana dan james ya”
pinta anna membuat kedua anaknya menatap mereka tak percaya, asha merasakan
pening menjalar ke kepalanya, tak apa jika ia harus membantu mertuanya untuk
mengurus perusahaan, tapi masalahnya perusahaan asha juga sedang sibuk karena
ada proyek baru yang harus ia kerjakan, melihat asha yang kurang setuju, ziel
menanggapi keduanya dengan santai “nanti kita omongin dulu, kerjaan kita juga
lagi numpuk ma” jelas ziel mencoba memberikan alasan.
Besok
weekend dan asha yakin kedua orangtuanya pasti akan datang besok. Baru pusing
oleh permintaan mertuanya, ia yakin besok pasti akan lebih pusing dengan
pembicaraan mama dan papanya. Ziel menuruni anak tangga dengan tab yang ada
ditangannya, ia duduk disofa sebelah asha, melanjutkan pekerjaannya disana.
Walaupun seperti orang asing, mereka sering juga seperti ini, asha bersantai
menonton tv, ziel melanjutkan pekerjaan yang suntuk jika dikerjakan sepi sunyi
diruang kerjanya, ia lebih sering duduk bersama asha sesekali ikut menonton
drama korea yang asha tonton. Saat hanya ada suara aktor korea dari tv,
tiba-tiba handphone ziel berdering menandakan telepon masuk, “halo”
jawab ziel menjawab panggilan itu, bisa asha pastikan bahwa itu adalah wanita,
dari suaranya yang samar – samar terdengar, “yaudah besok kita ketemu ditempat
biasa” jelas ziel mengakhiri panggilan, “kalo mau selingkuh jangan sampe
ketauan orang ya bapak graziel” jelas asha menyindir tanpa menoleh ke arah
ziel, “bu asha cemburu?” goda ziel membuat asha bangun dari rebahannya dan
menatap ziel ilfeel, “maaf ya bapak ziel saya gapeduli sama percintaan bapak,
saya Cuma gamau nama saya jadi jelek” jelas asha melihat ziel malas, “walaupun
gue ga cinta sama lo, gue bakal jaga pernikahan kita” jelas ziel menatap asha
lekat dimatanya, sedikit salting, asha segera memutuskan kontak mata antar keduanya
dan segera beranjak pergi lalu meninggalkan ziel yang kebingungan.
Weekend
telah tiba, mama dan papa asha datang dengan kabar menggiurkan membuat asha dan
ziel semakin pusing, “jadi gitu, kalian jagain kezia ya disini, kasian tau dia
gada temennya di Indonesia, mama dan papanya juga kan lagi proses pisah, kasian
banget deh mama gatega sha” jelas sang mama pada asha dan graziel. Kezia,
sepupu asha yang berusia 16 tahun, ia sudah lama tinggal di Australia, kali ini
ia akan pulang ke Indonesia karena kedua orangtuanya ingin bercerai, untuk
sementara waktu kezia akan tinggal dirumah asha dan ziel. “ma tapi aku kan
jarang dirumah, ziel juga” Jelas asha berusaha menolak secara halus, “kalian
lungkan waktu sebentar kayak weekend gini, kalo weekday kan dia juga sekolah
asha” jelas mama asha. Setelah pagi yang panjang, mama dan papa asha pulang.
“lo gabisa tidur dikamar tamu lagi” jelas ziel saat mobil mama dan papa asha
sudah pergi dari pekarangan rumah asha dan ziel, “udah tau!” ketus asha segera
masuk kedalam rumah.
Jam
makan malam sudah tiba, ziel sudah duduk dimeja makan, mulai makan duluan
karena tidak pernah ada namanya makan malam bersama dirumah tangga mereka, asha
menuruni anak tangga, baru ia mengambil piring, bel pintu berbunyi menandakan
ada tamu yang datang. Asha segera keluar untuk membuka pintu namun seketika
ziel berdiri dan segera berjalan keluar mendahului asha, mereka mendekat ke
arah pintu dan membukanya “hai kak asha!” Sapa seorang wanita remaja dengan 2
koper besar dikanan kirinya, “kezia?” tanya asha diangguki oleh sang empu, ia
segera mendekat dan memeluk asha erat, begitupun sebaliknya “halo kak, aku
kezia, kakak pasti suami famousnya kak asha ya” goda kezia membuat ziel
mengangguk dan tersenyum, “wajar aja kakak dapet yang kek gini, kak asha aja
cantiknya ga main-main” puji kezia membuat pasangan itu tersenyum, “ayo masuk,
kita makan” ajak asha, dengan segera ziel membawa kedua koper itu dan masuk
bersama 2 wanita dihadapannya. Mereka bertiga ada diruang makan sekarang,
keadaan menjadi hening karena dan ziel sibuk dengan kerjaannya, mereka makan
sambil mengecek handphone dan tab “kata mamaku, kalo makan itu makan
kak, jangan kerja dulu, coba dipandang suami dan istrinya” goda kezia membuat
asha dan ziel menghentikan kegiatannya dan makan dengan tenang, “makasih ya
kak, mau nampung aku” jelas kezia membuat asha dan ziel menatap nya sendu,
“kita kan keluarga kez, aku jugajuga seneng kok ada kamu disini, jadi rame”
jelas asha memberikan senyuman manis pada sepupu nya itu, “kalo kamu ada
apa-apa kabarin kita ya, kita pasti bantu kamu” Jelas ziel manis menatap kezia,
asha terpesona melihat ziel yang manis dan lembut berbicara begitu pada kezia,
“cie terpanah banget nih sama suaminya” goda kezia melihat asha menatap ziel berbinar,
seketika ziel menatap asha yang sudah mengalihkan pandangannya, tak menanggapi,
asha kembali sibuk dengan makanannya walaupun kedua orang disana
memperhatikannya.
Pagi
yang cerah dimana kezia, asha dan ziel sarapan bersama, ziel dan asha harus
terlihay seperti pasangan pada umumnya agar kezia tidak menceritakan kehidupan
pernikahan mereka yang sebenarnya tidak rukun. “non kezia mau disiapkan bekal?”
tanya bi yum, “bawain aja ya bi, gapapa ya kez?” jelas asha diangguki kezia,
“kamu pulang jam berapa kez? Nanti kakakjemput” Jelas ziel yang baru duduk,
“gausah kak, aku ada minta kendaraan sendiri kok kek mama, katanya nanti
diantar ke sekolah” jelas kezia, “kesekolah? Kan rame kez, kamu day 1 sekolah
lagi” jelas ashaasha menyerngitkan dahinya, “gapapa kak, pas jam pelajaran aja
biar ga jadi pusat perhatian” jelas kezia dibalas anggukan oleh asha.
Ziel
dan asha telah sampai didepan sekolah kezia, kezia pun turun dari mobil dan
masuk ke dalam gerbang sekolah, asha dan ziel melambaikan tangan dari dalam
mobil pada kezia, tak tunggu lama mereka pergi dari area sekolah. Mereka
memasuki kantor dengan semua pasang mata yang melihat mereka, baru kali ini
mereka datang kerja bersamaan, asha yang cantik dan juga ziel yang tampan
membuat keduanya terlihat sempurna datang bersamaan. “Pagi bapak ziel dan ibu
asha” goda james datang dari belakang mereka, ivana pun turut datang bersama
james, “sumpah semua orang ngeliatin lo berdua sha” bisik ivana pada
sahabatnya, asha hanya memutarkan bola matanya malas. Pintu lift terbuka
membuat mereka ber4 segera memasuki lift, saat pintu akan tertutup, seseorang
datang ingin ikut naik dan masuk kedalam, segera james menekan tombol buka agar
pintunya tak tertutup, “hai leon” sapa ivana membuat sang empu kaget saat
memasuki lift, “hai ivana, asha” sapa leon diangguki asha dan ivana, “siapa?”
bisik james pada ziel, karena tak tahu, ziel pun hanya menaikkan bahunya tanda
tak tahu.
Jam
makan siang membuat semua orang berhenti bekerja, asha dan ziel bekerja disatu
ruangan, ziel sudah berhenti bekerja dan siap untuk makan siang, melihat asha
masih sibuk kerja, membuat ziel mendatangi meja asha dan menutup laptop nya,
“ziel!” pekik asha saat laptopnya ditutup, “kerja di jam kerja, sekarang
istirahat, makan” titah ziel tegas membuat asha sedikit tertegun, “ya nanti”
asha kembali membuka laptopnya namun lagi-lagi laptop asha ditutup, “sekarang
asha” jelas ziel lalu mengambil hp dan tas asha, segera ia berjalan keluar
ruangan meninggalkan asha disana, “ish! Tunggu” geram asha melihat ziel yang
entah kesambet apa mempedulikan asha yang harus makan siang.
Ziel,
asha, james dan ivana sedang makan siang bersama di restaurant dekat kantor,
james, ivana dan asha terus mengobrol dan bercanda, mereka menjadi akrab dan
dekat karena candaan-candaan yang james buat, “btw sha, si leon siapa lo?
Salting amat kayaknya liat lo di lift” kepo james menanyakan soal leon pada
mereka, “temen sekolah kita, fans berat asha” ledek ivana terkekeh kecil
membuat asha menggelengkan kepalanya pelan, “yah, bos gue hampir ngamuk tau sha”
goda james menyenggol siku ziel yang sedang makan dengan tenang, sang empu
hanya menatap james datar lalu kembali makan, “bos lo mah ga asik” ledek asha,
“bos lo bawel” ledek ziel pada ivana, “waduh maaf gue gaikutan masalah rumah tangga”
jelas ivana menundukkan diri pada ziel, saat sedaang asyik meledek,
handphone asha berdering menandakan kezia menelponnya, “halo kez” angkat
asha, “kenapa?!” pekik asha agak panik, “yaudah bentar lagi aku sama ziel
kesana ya, kamu tunggu disekolah” jelas asha mematikan sambungan teleponnya,
“kenapa?” tanya ziel, “ayo kita ke sekolah kezia, dia dipanggjlkepsek” seru
asha segera bangun membawa tasnya, “van james tolong urus kantor bentar” Titah
ziel diangguki kedua sekretaris itu.
Tak
cukup lama, mereka sampai ke sekolah kezia dengan cepat, keduanya turun dengan
lagi-lagi banyak pasang mata yang memperhatikan dua sejoli itu, lagipula siapa
yang tak kenal pengusaha terkenal seperti mereka. Mereka sampai didepan pintu
kepsek dan segera mengetuk dan masuk kedalam ruangan, terlihat kezia dan juga
seorang laki-laki yang ada didepan meja kepsek, “kezia! Kamu gapapa?” tanya
asha khawatir, “oh anak pengusaha, pantes” ledek lelaki yang ada disebelah
kezia, “diem lo ya” sinis kezia melihat lelaki disampingnya sinis, “sore pak,
ada apa ya kami dipanggil kesini?” tanya ziel sopan, “bapak ibu, kami mendapati
kezia sedang memukuli bryant saat mereka di area parkiran” jelas kepsek
menjelaskan apa yang terjadi, “kez?” tegur asha sedikit kesal mendengar ulah kezia,
“dia ngatain aku duluan kak, dia bilang aku cewe sok kaya, anak baru sombong
karena motor dateng kesekolah” jelas kezia kesal, “terus kamu harus pukulin
dia?” kesal asha membuat kezia mengalihkan pandangannya dari asha, melihat
kezia dan asha yang saling kesal, ziel pun mengenggam lengan asha lembut agar
tidak lagi memarahi kezia didepan orang. Setelah berbincang diruangan kepsek,
kezia, asha dan ziel segera pulang, motor kezia pun diminta diantar ke rumah
lagi saja agar kezia bisa pulang bersama asha dan ziel. Tak ada percakapan
dimobil ini, kezia masih kesal dan juga asha yang pusing melihat tingkah kezia,
“kita makan diluar aja hari ini” jelas ziel, “gausah kak aku mau pulang
belajar” jelas kezia, “kamu?” tanya ziel pada asha, sedikit kaget karena baru
kali ini ziel memperlakukan asha lembut dan juga menggunakan ‘kamu',
“belum laper nanti aja” jelas asha seperlunya.
Asha
menerima tawaran ziel untuk makan diluar, mereka makan bersama di salah satu
restaurant fastfood, asha yang memilihnya karena sudah banyak hal-hal berbelit
yang ada dihidupnya belakangan ini dan fastfood adalah penyelamat bagi asha.
“gue ngerasa kezia emang agak nakal deh” ucap asha membuka percakapan, “lagi
banyak pikiran kali, diumur dia yang segitu emosinya juga kan ga stabil, masalah
dia juga rumit” jelas ziel membuat asha sedikit mengangguk, “tapi apa si Bryant
ngomong hal lain ke kezia ya? Makanya dia semarahitu” jelas asha menerka-nerka,
“kita harus lebih mengenal kezia, Cuma kita orang terdekat dia saat ini, kalo
lo ngerasa lagi gabisa urus dia, let me help you” Jelas ziel lembut
membuat asha tersenyum dan mengangguk.
Diperjalanan
pulang, kendaraan sibuk memenuhi jalanan, asha dan ziel terjebak diantara
banyaknya kendaraan macet disana, “coba lewat jalanan kiri itu aja, bisa tembus
ke deket rumah” jelas asha dibalas anggukan oleh ziel. Jalanan tikus yang asha
sarankan sangat sepi dan lega, tak ada kemacetan dan juga keramaian, hingga
ditengah perjalanan ada 2 motor yang menyalip mereka dengan kecepatan tinggi, “balap
liar?” tanya ziel pada asha, “kezia! Ziel itu kezia!” Jelas asha heboh melihat
kezia sedang balapan, padahal saat diajak makan diluar kezia sudah menggunakan
piyama dan sibuk dimeja belajar, tak tunggu lama ziel segera melajukan
kecepatan mobilnya dan menyusul kedua motor itu.
“Ini
dia pemenang kita! Kezia!” seru pembaws acara saat kezia melewato garis finish
balapan, disana ada kezia dengan raut senangnya dan juga bryant dengan raut
kesal dan dendamnya melihat piala dan uang itu ada ditangan kezia, “gue udah
bilang, gausah main-main sama gue” ledek kezia menatap bryant dan berniat
pergi, “gue kasihan aja sama lo, cewe bar-bar rusak karena ortu broken home,
gue ga iri sih walaupun lo menang, karena hidup lo rusak” ledek bryant membuat
beberapa orang yang mendengat tertawa meledek kezia, maupun dia menang, ia
hanyalah anak baru yang datang ke sekolah, tak ada yang membela, tak ada teman.
Saat hendak memukul bryant lagi, seseorang dengan kepalan tangan lain menghajar
pipi bryant hingga tersungkur, “asha!” kaget ziel dan menahan asha saat ia
berhasil memukul bryant disana, “lo cowo?” remeh asha, merasa dipermalukan,
bryant segera berdiri dan mendekat pada asha, dengan sigap ziel menarik asha
dan kezia kebelakangnya dan menatap bryant tajam, “kak ziel!” panggil salah satu
teman bryant membuat semua menengok, “urus temen-temen sampah lo sebelum gue
yang urus keluarga mereka” jelas ziel datar kemudian pergi menggandeng asha dan
kezia keluar area balapan.
Asha
tak henti-hentinya memarahi kezia dengan kelakuan nakalnya, “baru 1 hari dan
kamu udah berulah segininya, dipanggil kepsek, balapan liar, pukulin orang,
besok – besok apa kez?!” Marah asha, ia benar – benar kesal dengan tingkah
kezia. “dia katain keluarga aku kak! Disaat aku dengan kondisiku yang begini,
setiap hari denger keributan mama dan papa, ditambah ada orang asing yang gatau
apapun dateng dan mencela keluarga aku, menurut kakak aku bisa diem aja dan
nahan diri aku? Aku capek kak!” Kesal kezia sambil menangis, jujur ia pun
sangat terpuruk dan stress dengan semua masalahnya, “aku tau tapi gausah sampai
segininya kamu kez, kalo terjadi apa – apa sama aja kamu nambahin beban kamu
sendiri, kamu punya kakak dan kak ziel, kita beneran akan bantu kamu! Jadi stop
berulah dan gausah tanggepin orang kayak gitu” Jelas asha mencoba tenang
meladeni kezia yang emosional, tak menjawab, kezia segera pergi dari ruang tamu
menuju kamarnya, asha yang melihat itu hanya kembali duduk dan mengusap
wajahnya kasar, “biar gue yang nanti ngomong sama dia, lo istirahat aja, sana
naik” jelas ziel mengelus puncak kepala asha.
Ziel
memasuki kamar kezia, melihat kezia kembali menangis dimeja belajarnya “maafin
kak asha ya kez, dia begitu karena gamau kamu kenapa – kenapa, kakak yakin dia sayang sama kaamu, mau yang
terbaik buat kamu, dan memang bener, kadang ga semua hal harus kita ladenin
kez, katena ya kalo kamu mau ladenin semua hal yang ada dihidup kamu, semua ga
akan ada abisnya” jelas ziel membuat kezia menatapnya, “pas kamu telepon, dia
paling panik, dia takut kamu kena bully atau terluka, padahal ya kamu pelakunya”
jelas ziel terkekeh kecil, “pas bryant ngomong kotor tentang kamu, dia yang
paling emosi, gaterima ada orang lain nyakitin sepupu kecilnya, jadi kalo kamu
ngira kak asha ribet dan ga ngerti kamu, kamu salah” jelas ziel panjang lebar,
“iya kak, maafin aku” Jelas kezia merasa bersalah pada asha, “besok coba minta
maaf sama kak asha ya” jelas ziel diangguki oleh kezia.
Ziel
bangun tanpa ada seseorang disebelahnya, ia turun untuk sarapan, melihat asha
didapur tengah menyiapkan makanan untuknya dan kezia, “bi yum kemana?” tanya
ziel menghampiri asha, “pulang tadi, anaknya sakit” jelas asha masih sibuk
memasak, “ini bekal siapa?” tanya ziel, “kezia” Jelas asha singkat, “coba
maklumin dia sha, kasian” jelas ziel mendekagi asha, “iya ngerti kok, gue aja
terlalu sensi, ga ke kezia, ga ke lo, maaf ya” jelas asha lembut menahap ziel
dengan senyum manisnya, terpesona, itu yang ziel rasakan saat melihat asha
menatap nya lembut dengan senyuman itu, baru kali ini ia merasakan hal itu dari
asha, “ekhm” deham kezia datang dan menghampiri mereka, seketika ziel dan asha
membuang muka dan menahan salting satu sama lain, “sedihnya jadi jomblo dirumah
ini” drama kezia membuat ziel terkekeh kecil, “kak asha, maafin aku ya, soal
kemarin aku terlalu emosional, mulai sekarang aku bakal jadi anak perempuan
yant baik, kak asha tenang ajapokoknya” Jelas kezia membuat ziel dan asha
terkekeh kecil, “iya anak kecil, maafin kakak juga” jelas asha diangguki oleh kezia,
tak tunggu lama kezia mendekati asha dan memeluknya, “ih suaminya ga diajak
pelukan kah kak?” tanya kezia membuat asha sedikit malu, “sini” Ajak asha
membuat ziel mendekat, ketiga orang itupun berpelukan ria dipagi hari yang mendung
ini.
Bersambung…
Penulis :
Meivita Jodistira
Tionadi
0 Response to "Husband Material"
Posting Komentar