Husband Material

 


Husband Material

Takdir, satu kata yang selalu ada dikehidupan seseorang. Kedua anak dari konglomerat ternama harus menelan pahitnya hidup disaat perjodohan datang menghantui hidup keduanya, perjanjian kedua orang tua yang membuat mereka harus tersiksa dalam tali pernikahan yang tak pernah mereka inginkan. Apa ini takdir? Jalan hidup aku? Itulah yang selalu asha pikirkan mengenai kehidupan pernikahannya ini. Ingin melakukan tugas selayaknya istri pun ia tak mampu, melihat suaminya saja ia sudah malas dan muak, apalagi harus melayaninya.

Pagi ini asha terbangun dikamar tamu, melihat kesekeliling dan terkejut melihat seorang pria tampan yang ada disebelahnya “akkkkkkkk!!!!!!!!!,” teriak asha segera berdiri melihat sang suami tidur disebelahnya. Tak ada reaksi, sang suami hanya membuka mata menatap asha datar “apa lo liat-liat! Ngapain lo disini hah?!” kesal asha menatap sang suami tanpa merasa takut sedikitpun “berisik” Sinis suami asha kembali tidur dan membalikkan badannya memunggungi asha. Asha bersiap untuk ke kantor, memakan sarapan yang telah disiapkan oleh sang bibi, bi yum adalah bibi kesukaan asha dari kecil, bahkan asha lebih sering cerita ke bi yum daripada mamanya sendiri, “non asha, den ziel belum bangun?” tanya bi yum saat meletakan bekal buah diatas meja untuk asha dan ziel “aku gatau, ga urus” jawab asha acuh memainkan hpnya, sumpah mati mendengar nama ziel asha sangat muak, “semalem bi yum lihat jam 4 pagi baru pulang non, manatau dia sakit, sudah mau telat kerjanya loh” jelas bi yum membujuk asha agar sedikit memperhatikan suaminya itu, “gapapa bi kalo dia sakit aku seneng gausah liat muka dia” jelas asha cekikikan kecil membuat bi yum menghela nafas dan menggelengkan kepalanya saat berjalan pergi.

Suasana kantor asha sangat sibuk hari ini, jadwal asha juga terbilang cukup padat, sedari pagi sampai sore ini asha masih setia bulak – balik keruangan meeting, “ini kapan selesainya sih gue meeting mulu” jelas asha penat duduk diruangannya “satu meeting lagi sha, sama suami lo” jelas ivana terkekeh kecil, ia adalah sahabat asha sedari kecil, ivana anak dari konglomerat juga namun karena ada masalah keuangan, keluarganya jatuh bangkrut dan membuat asha mempekerjakan ivana menjadi sekretaris pribadi nya “sumpah gue bener-bener muak sama tu orang” Sinis asha membuat ivana kembali terkekeh kecil “tiati loh, menurut gue sebenentar lagi kalian menimang buah hati” ledek ivana dengan canda tawa yang sangat puas melihat sahabatnya yang tertekan itu. Asha kembali menuju ruang meeting, ziel bersama james sudah ada diruangan meeting, sama seperti ivana, james juga salah satu sahabat ziel yang ia jadikan sekretaris pribadinya “haii jamieee” sapa ivana saat memasuki ruangan dibalas anggukan oleh james, “ayo mulai van, gue pengen cepet-cepet pulang” ketus asha segera duduk dikursinya menunggu ivana menyiapkan materi meeting, “nanti pulang bareng” jelas ziel singkat tanpa menatap asha, “maaf bapak ziel, saya membawa kendaraan sendiri dan saya juga tidak minat pulang bersama bapak” jelas asha dengan senyumam terpaksa dan suara lembut bicara menatap ziel “gue gamau tau, atau gue aduin kelakuan lo minggu lalu ke mama papa” jelas ziel membuat asha membulatkan matanya menatap suaminya itu kesal, “gue baru tau lo secepu ini!” kesal asha segera membuka laptopnya bersiap untuk memulai meeting sore ini, merasa puas dengan ancamannya, ziel sedikit menaikkan sudut bibirnyan tanda kemenangan telah membuat asha kesal dan menurutinya.

“lo cape gaksih liat bos kita ribut terus, kek pengen banget gue bikin mereka jatuh cinta sampe bucin mampus sumpah” jelas james saat kedua bosnya telah pulang duluan, “sumpah iya! Kayak gue pengen banget asha membuka hati dan lupain si jelek aldo!” Ketus ivana sangat kesal dengan asha yang belum juga moveon dengan mantannya yang sangat toxic. Suasana didalam mobil sangat hening, hanya ada suara lampu sein sesekali yang memecah keheningan itu, “kita mau kemana?” tanya asha malas “gausah bawel” jelas ziel malas meladeni asha, “bawel apaan, gue aja daritadi diem! Lo ini emang suka banget cari ribut ya, ga tenang kayaknya kalo kita garibut” oceh asha, inilah yang ziel maksud, ia sangat lelah mendengar ocehan asha yang sangat berlebihan, pusing dan pening ziel rasakan setiap hari mengingat keduanya adalah pasangan suami istri. Keduanya sampai di restaurant ternama, asha yang melihatnya semakin heran untuk apa mereka kesini, “pake cincin nikah lo” jelas ziel memakai cincin nikahnya yang ada dimobil, “lo gila ziel! Cincin nikah lo taro disini” ya…  lagi – lagi oceh asha “cepetan pake, mama papa gue udah didalem” jelas ziel membuka pintu dan turun dari mobil, “demi apa ini orang! Gue jelek buluk gini harus ketemu mertua! Dasar!” Dumel asha masih didalam mobil.

“Halo anak mama, cantik sekali kamu” sapa mama ziel, anna. Asha hanya tersenyum dan memeluk anna singkat, ia juga memeluk papa ziel, antonio, dengan singkat. “asha kamu kok kayak lelah banget ya, jangan – jangan kamu lagi isi ya” goda anna membuat asha kaget dan tertegun, “enggak ma” jawab asha langsung “jangan lama-lama loh, papa mama sudah tua, kalian juga sudah matang untuk punya keturunan” jelas antonio membuat asha hanya bisa menanggapi mertuanya itu dengan senyuman kikuk, sementata ziel hanya sibuk memakan appetizer yang tersedia disana, biarkan saja asha merespon sendiri, toh kalo itu mama dan papanya asha juga akan membuat ziel berurusan dengannya tanpa mempedulikan ziel. “mama sama papa mau urusin perusahaan di Jepang, kalian mama minta untuk jaga perusahaan ya, serahin saja dulu urusan kantor kalian ke ivana dan james ya” pinta anna membuat kedua anaknya menatap mereka tak percaya, asha merasakan pening menjalar ke kepalanya, tak apa jika ia harus membantu mertuanya untuk mengurus perusahaan, tapi masalahnya perusahaan asha juga sedang sibuk karena ada proyek baru yang harus ia kerjakan, melihat asha yang kurang setuju, ziel menanggapi keduanya dengan santai “nanti kita omongin dulu, kerjaan kita juga lagi numpuk ma” jelas ziel mencoba memberikan alasan.

Besok weekend dan asha yakin kedua orangtuanya pasti akan datang besok. Baru pusing oleh permintaan mertuanya, ia yakin besok pasti akan lebih pusing dengan pembicaraan mama dan papanya. Ziel menuruni anak tangga dengan tab yang ada ditangannya, ia duduk disofa sebelah asha, melanjutkan pekerjaannya disana. Walaupun seperti orang asing, mereka sering juga seperti ini, asha bersantai menonton tv, ziel melanjutkan pekerjaan yang suntuk jika dikerjakan sepi sunyi diruang kerjanya, ia lebih sering duduk bersama asha sesekali ikut menonton drama korea yang asha tonton. Saat hanya ada suara aktor korea dari tv, tiba-tiba handphone ziel berdering menandakan telepon masuk, “halo” jawab ziel menjawab panggilan itu, bisa asha pastikan bahwa itu adalah wanita, dari suaranya yang samar – samar terdengar, “yaudah besok kita ketemu ditempat biasa” jelas ziel mengakhiri panggilan, “kalo mau selingkuh jangan sampe ketauan orang ya bapak graziel” jelas asha menyindir tanpa menoleh ke arah ziel, “bu asha cemburu?” goda ziel membuat asha bangun dari rebahannya dan menatap ziel ilfeel, “maaf ya bapak ziel saya gapeduli sama percintaan bapak, saya Cuma gamau nama saya jadi jelek” jelas asha melihat ziel malas, “walaupun gue ga cinta sama lo, gue bakal jaga pernikahan kita” jelas ziel menatap asha lekat dimatanya, sedikit salting, asha segera memutuskan kontak mata antar keduanya dan segera beranjak pergi lalu meninggalkan ziel yang kebingungan.

Weekend telah tiba, mama dan papa asha datang dengan kabar menggiurkan membuat asha dan ziel semakin pusing, “jadi gitu, kalian jagain kezia ya disini, kasian tau dia gada temennya di Indonesia, mama dan papanya juga kan lagi proses pisah, kasian banget deh mama gatega sha” jelas sang mama pada asha dan graziel. Kezia, sepupu asha yang berusia 16 tahun, ia sudah lama tinggal di Australia, kali ini ia akan pulang ke Indonesia karena kedua orangtuanya ingin bercerai, untuk sementara waktu kezia akan tinggal dirumah asha dan ziel. “ma tapi aku kan jarang dirumah, ziel juga” Jelas asha berusaha menolak secara halus, “kalian lungkan waktu sebentar kayak weekend gini, kalo weekday kan dia juga sekolah asha” jelas mama asha. Setelah pagi yang panjang, mama dan papa asha pulang. “lo gabisa tidur dikamar tamu lagi” jelas ziel saat mobil mama dan papa asha sudah pergi dari pekarangan rumah asha dan ziel, “udah tau!” ketus asha segera masuk kedalam rumah.

Jam makan malam sudah tiba, ziel sudah duduk dimeja makan, mulai makan duluan karena tidak pernah ada namanya makan malam bersama dirumah tangga mereka, asha menuruni anak tangga, baru ia mengambil piring, bel pintu berbunyi menandakan ada tamu yang datang. Asha segera keluar untuk membuka pintu namun seketika ziel berdiri dan segera berjalan keluar mendahului asha, mereka mendekat ke arah pintu dan membukanya “hai kak asha!” Sapa seorang wanita remaja dengan 2 koper besar dikanan kirinya, “kezia?” tanya asha diangguki oleh sang empu, ia segera mendekat dan memeluk asha erat, begitupun sebaliknya “halo kak, aku kezia, kakak pasti suami famousnya kak asha ya” goda kezia membuat ziel mengangguk dan tersenyum, “wajar aja kakak dapet yang kek gini, kak asha aja cantiknya ga main-main” puji kezia membuat pasangan itu tersenyum, “ayo masuk, kita makan” ajak asha, dengan segera ziel membawa kedua koper itu dan masuk bersama 2 wanita dihadapannya. Mereka bertiga ada diruang makan sekarang, keadaan menjadi hening karena dan ziel sibuk dengan kerjaannya, mereka makan sambil mengecek handphone dan tab “kata mamaku, kalo makan itu makan kak, jangan kerja dulu, coba dipandang suami dan istrinya” goda kezia membuat asha dan ziel menghentikan kegiatannya dan makan dengan tenang, “makasih ya kak, mau nampung aku” jelas kezia membuat asha dan ziel menatap nya sendu, “kita kan keluarga kez, aku jugajuga seneng kok ada kamu disini, jadi rame” jelas asha memberikan senyuman manis pada sepupu nya itu, “kalo kamu ada apa-apa kabarin kita ya, kita pasti bantu kamu” Jelas ziel manis menatap kezia, asha terpesona melihat ziel yang manis dan lembut berbicara begitu pada kezia, “cie terpanah banget nih sama suaminya” goda kezia melihat asha menatap ziel berbinar, seketika ziel menatap asha yang sudah mengalihkan pandangannya, tak menanggapi, asha kembali sibuk dengan makanannya walaupun kedua orang disana memperhatikannya.

Pagi yang cerah dimana kezia, asha dan ziel sarapan bersama, ziel dan asha harus terlihay seperti pasangan pada umumnya agar kezia tidak menceritakan kehidupan pernikahan mereka yang sebenarnya tidak rukun. “non kezia mau disiapkan bekal?” tanya bi yum, “bawain aja ya bi, gapapa ya kez?” jelas asha diangguki kezia, “kamu pulang jam berapa kez? Nanti kakakjemput” Jelas ziel yang baru duduk, “gausah kak, aku ada minta kendaraan sendiri kok kek mama, katanya nanti diantar ke sekolah” jelas kezia, “kesekolah? Kan rame kez, kamu day 1 sekolah lagi” jelas ashaasha menyerngitkan dahinya, “gapapa kak, pas jam pelajaran aja biar ga jadi pusat perhatian” jelas kezia dibalas anggukan oleh asha.

Ziel dan asha telah sampai didepan sekolah kezia, kezia pun turun dari mobil dan masuk ke dalam gerbang sekolah, asha dan ziel melambaikan tangan dari dalam mobil pada kezia, tak tunggu lama mereka pergi dari area sekolah. Mereka memasuki kantor dengan semua pasang mata yang melihat mereka, baru kali ini mereka datang kerja bersamaan, asha yang cantik dan juga ziel yang tampan membuat keduanya terlihat sempurna datang bersamaan. “Pagi bapak ziel dan ibu asha” goda james datang dari belakang mereka, ivana pun turut datang bersama james, “sumpah semua orang ngeliatin lo berdua sha” bisik ivana pada sahabatnya, asha hanya memutarkan bola matanya malas. Pintu lift terbuka membuat mereka ber4 segera memasuki lift, saat pintu akan tertutup, seseorang datang ingin ikut naik dan masuk kedalam, segera james menekan tombol buka agar pintunya tak tertutup, “hai leon” sapa ivana membuat sang empu kaget saat memasuki lift, “hai ivana, asha” sapa leon diangguki asha dan ivana, “siapa?” bisik james pada ziel, karena tak tahu, ziel pun hanya menaikkan bahunya tanda tak tahu.

Jam makan siang membuat semua orang berhenti bekerja, asha dan ziel bekerja disatu ruangan, ziel sudah berhenti bekerja dan siap untuk makan siang, melihat asha masih sibuk kerja, membuat ziel mendatangi meja asha dan menutup laptop nya, “ziel!” pekik asha saat laptopnya ditutup, “kerja di jam kerja, sekarang istirahat, makan” titah ziel tegas membuat asha sedikit tertegun, “ya nanti” asha kembali membuka laptopnya namun lagi-lagi laptop asha ditutup, “sekarang asha” jelas ziel lalu mengambil hp dan tas asha, segera ia berjalan keluar ruangan meninggalkan asha disana, “ish! Tunggu” geram asha melihat ziel yang entah kesambet apa mempedulikan asha yang harus makan siang.

Ziel, asha, james dan ivana sedang makan siang bersama di restaurant dekat kantor, james, ivana dan asha terus mengobrol dan bercanda, mereka menjadi akrab dan dekat karena candaan-candaan yang james buat, “btw sha, si leon siapa lo? Salting amat kayaknya liat lo di lift” kepo james menanyakan soal leon pada mereka, “temen sekolah kita, fans berat asha” ledek ivana terkekeh kecil membuat asha menggelengkan kepalanya pelan, “yah, bos gue hampir ngamuk tau sha” goda james menyenggol siku ziel yang sedang makan dengan tenang, sang empu hanya menatap james datar lalu kembali makan, “bos lo mah ga asik” ledek asha, “bos lo bawel” ledek ziel pada ivana, “waduh maaf gue gaikutan masalah rumah tangga” jelas ivana menundukkan diri pada ziel, saat sedaang asyik meledek, handphone asha berdering menandakan kezia menelponnya, “halo kez” angkat asha, “kenapa?!” pekik asha agak panik, “yaudah bentar lagi aku sama ziel kesana ya, kamu tunggu disekolah” jelas asha mematikan sambungan teleponnya, “kenapa?” tanya ziel, “ayo kita ke sekolah kezia, dia dipanggjlkepsek” seru asha segera bangun membawa tasnya, “van james tolong urus kantor bentar” Titah ziel diangguki kedua sekretaris itu.

Tak cukup lama, mereka sampai ke sekolah kezia dengan cepat, keduanya turun dengan lagi-lagi banyak pasang mata yang memperhatikan dua sejoli itu, lagipula siapa yang tak kenal pengusaha terkenal seperti mereka. Mereka sampai didepan pintu kepsek dan segera mengetuk dan masuk kedalam ruangan, terlihat kezia dan juga seorang laki-laki yang ada didepan meja kepsek, “kezia! Kamu gapapa?” tanya asha khawatir, “oh anak pengusaha, pantes” ledek lelaki yang ada disebelah kezia, “diem lo ya” sinis kezia melihat lelaki disampingnya sinis, “sore pak, ada apa ya kami dipanggil kesini?” tanya ziel sopan, “bapak ibu, kami mendapati kezia sedang memukuli bryant saat mereka di area parkiran” jelas kepsek menjelaskan apa yang terjadi, “kez?” tegur asha sedikit kesal mendengar ulah kezia, “dia ngatain aku duluan kak, dia bilang aku cewe sok kaya, anak baru sombong karena motor dateng kesekolah” jelas kezia kesal, “terus kamu harus pukulin dia?” kesal asha membuat kezia mengalihkan pandangannya dari asha, melihat kezia dan asha yang saling kesal, ziel pun mengenggam lengan asha lembut agar tidak lagi memarahi kezia didepan orang. Setelah berbincang diruangan kepsek, kezia, asha dan ziel segera pulang, motor kezia pun diminta diantar ke rumah lagi saja agar kezia bisa pulang bersama asha dan ziel. Tak ada percakapan dimobil ini, kezia masih kesal dan juga asha yang pusing melihat tingkah kezia, “kita makan diluar aja hari ini” jelas ziel, “gausah kak aku mau pulang belajar” jelas kezia, “kamu?” tanya ziel pada asha, sedikit kaget karena baru kali ini ziel memperlakukan asha lembut dan juga menggunakan ‘kamu', “belum laper nanti aja” jelas asha seperlunya.

Asha menerima tawaran ziel untuk makan diluar, mereka makan bersama di salah satu restaurant fastfood, asha yang memilihnya karena sudah banyak hal-hal berbelit yang ada dihidupnya belakangan ini dan fastfood adalah penyelamat bagi asha. “gue ngerasa kezia emang agak nakal deh” ucap asha membuka percakapan, “lagi banyak pikiran kali, diumur dia yang segitu emosinya juga kan ga stabil, masalah dia juga rumit” jelas ziel membuat asha sedikit mengangguk, “tapi apa si Bryant ngomong hal lain ke kezia ya? Makanya dia semarahitu” jelas asha menerka-nerka, “kita harus lebih mengenal kezia, Cuma kita orang terdekat dia saat ini, kalo lo ngerasa lagi gabisa urus dia, let me help you” Jelas ziel lembut membuat asha tersenyum dan mengangguk.

Diperjalanan pulang, kendaraan sibuk memenuhi jalanan, asha dan ziel terjebak diantara banyaknya kendaraan macet disana, “coba lewat jalanan kiri itu aja, bisa tembus ke deket rumah” jelas asha dibalas anggukan oleh ziel. Jalanan tikus yang asha sarankan sangat sepi dan lega, tak ada kemacetan dan juga keramaian, hingga ditengah perjalanan ada 2 motor yang menyalip mereka dengan kecepatan tinggi, “balap liar?” tanya ziel pada asha, “kezia! Ziel itu kezia!” Jelas asha heboh melihat kezia sedang balapan, padahal saat diajak makan diluar kezia sudah menggunakan piyama dan sibuk dimeja belajar, tak tunggu lama ziel segera melajukan kecepatan mobilnya dan menyusul kedua motor itu.

“Ini dia pemenang kita! Kezia!” seru pembaws acara saat kezia melewato garis finish balapan, disana ada kezia dengan raut senangnya dan juga bryant dengan raut kesal dan dendamnya melihat piala dan uang itu ada ditangan kezia, “gue udah bilang, gausah main-main sama gue” ledek kezia menatap bryant dan berniat pergi, “gue kasihan aja sama lo, cewe bar-bar rusak karena ortu broken home, gue ga iri sih walaupun lo menang, karena hidup lo rusak” ledek bryant membuat beberapa orang yang mendengat tertawa meledek kezia, maupun dia menang, ia hanyalah anak baru yang datang ke sekolah, tak ada yang membela, tak ada teman. Saat hendak memukul bryant lagi, seseorang dengan kepalan tangan lain menghajar pipi bryant hingga tersungkur, “asha!” kaget ziel dan menahan asha saat ia berhasil memukul bryant disana, “lo cowo?” remeh asha, merasa dipermalukan, bryant segera berdiri dan mendekat pada asha, dengan sigap ziel menarik asha dan kezia kebelakangnya dan menatap bryant tajam, “kak ziel!” panggil salah satu teman bryant membuat semua menengok, “urus temen-temen sampah lo sebelum gue yang urus keluarga mereka” jelas ziel datar kemudian pergi menggandeng asha dan kezia keluar area balapan.

Asha tak henti-hentinya memarahi kezia dengan kelakuan nakalnya, “baru 1 hari dan kamu udah berulah segininya, dipanggil kepsek, balapan liar, pukulin orang, besok – besok apa kez?!” Marah asha, ia benar – benar kesal dengan tingkah kezia. “dia katain keluarga aku kak! Disaat aku dengan kondisiku yang begini, setiap hari denger keributan mama dan papa, ditambah ada orang asing yang gatau apapun dateng dan mencela keluarga aku, menurut kakak aku bisa diem aja dan nahan diri aku? Aku capek kak!” Kesal kezia sambil menangis, jujur ia pun sangat terpuruk dan stress dengan semua masalahnya, “aku tau tapi gausah sampai segininya kamu kez, kalo terjadi apa – apa sama aja kamu nambahin beban kamu sendiri, kamu punya kakak dan kak ziel, kita beneran akan bantu kamu! Jadi stop berulah dan gausah tanggepin orang kayak gitu” Jelas asha mencoba tenang meladeni kezia yang emosional, tak menjawab, kezia segera pergi dari ruang tamu menuju kamarnya, asha yang melihat itu hanya kembali duduk dan mengusap wajahnya kasar, “biar gue yang nanti ngomong sama dia, lo istirahat aja, sana naik” jelas ziel mengelus puncak kepala asha.

Ziel memasuki kamar kezia, melihat kezia kembali menangis dimeja belajarnya “maafin kak asha ya kez, dia begitu karena gamau kamu kenapa – kenapa,  kakak yakin dia sayang sama kaamu, mau yang terbaik buat kamu, dan memang bener, kadang ga semua hal harus kita ladenin kez, katena ya kalo kamu mau ladenin semua hal yang ada dihidup kamu, semua ga akan ada abisnya” jelas ziel membuat kezia menatapnya, “pas kamu telepon, dia paling panik, dia takut kamu kena bully atau terluka, padahal ya kamu pelakunya” jelas ziel terkekeh kecil, “pas bryant ngomong kotor tentang kamu, dia yang paling emosi, gaterima ada orang lain nyakitin sepupu kecilnya, jadi kalo kamu ngira kak asha ribet dan ga ngerti kamu, kamu salah” jelas ziel panjang lebar, “iya kak, maafin aku” Jelas kezia merasa bersalah pada asha, “besok coba minta maaf sama kak asha ya” jelas ziel diangguki oleh kezia.

 

Ziel bangun tanpa ada seseorang disebelahnya, ia turun untuk sarapan, melihat asha didapur tengah menyiapkan makanan untuknya dan kezia, “bi yum kemana?” tanya ziel menghampiri asha, “pulang tadi, anaknya sakit” jelas asha masih sibuk memasak, “ini bekal siapa?” tanya ziel, “kezia” Jelas asha singkat, “coba maklumin dia sha, kasian” jelas ziel mendekagi asha, “iya ngerti kok, gue aja terlalu sensi, ga ke kezia, ga ke lo, maaf ya” jelas asha lembut menahap ziel dengan senyum manisnya, terpesona, itu yang ziel rasakan saat melihat asha menatap nya lembut dengan senyuman itu, baru kali ini ia merasakan hal itu dari asha, “ekhm” deham kezia datang dan menghampiri mereka, seketika ziel dan asha membuang muka dan menahan salting satu sama lain, “sedihnya jadi jomblo dirumah ini” drama kezia membuat ziel terkekeh kecil, “kak asha, maafin aku ya, soal kemarin aku terlalu emosional, mulai sekarang aku bakal jadi anak perempuan yant baik, kak asha tenang ajapokoknya” Jelas kezia membuat ziel dan asha terkekeh kecil, “iya anak kecil, maafin kakak juga” jelas asha diangguki oleh kezia, tak tunggu lama kezia mendekati asha dan memeluknya, “ih suaminya ga diajak pelukan kah kak?” tanya kezia membuat asha sedikit malu, “sini” Ajak asha membuat ziel mendekat, ketiga orang itupun berpelukan ria dipagi hari yang mendung ini.

 

Bersambung…

 

Penulis :

Meivita Jodistira Tionadi

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Husband Material"

Posting Komentar