Tytan, Si Anak Magang
Tytan, Si Anak Magang
Hal ini yang sudah lama wanita itu tunggu. Sebagai
mahasiswi cerdas yang sudah bertahun-tahun diam-diam malang-melintang di dunia
animator, Tytan punya beberapa alasan yang mendasari keputusannya magang di
Perusahaan Moonton. Alasan pertama, Perusahaan Moonton adalah perusahaan
animasi terbaik di negaranya. Sepanjang yang wanita itu tahu, belum ada
perusahaan animasi lain yang mengalahkan kecanggihan dan kehebatan teknologi
yang digunakan Perusahaan Moonton, bahkan dengan segala yang dilakukan
perusahaan kompetitor untuk menjatuhkan Moonton tidak ada yang membuahkan hasil
yang baik dan justru membuat perusahaan mereka gulung tikar. Tentu hal itu wajar,
pendiri-pendiri Perusahaan Moonton adalah orang yang sudah mumpuni di bidang
yang mereka kerjakan. Selain itu, Moonton mempunyai susunan
keanggotaan direksi yang cukup menarik. Tak seperti kebanyakan perusahaan bonafide
lainnya, arah Perusahaan Moonton terkesan hanya berpusat kepada tiga orang yang
menjadi pewaris perusahaan. Tiga orang tersebut menjadi atasan Tytan selama
magang yang kemudian dikenal sebagai Alex, Dirga, dan Gama.
Di antara kedua atasannya di perusahaan
Moonton, menurut wanita itu Dirga adalah atasan yang paling waras dan dapat
memanusiakan manusia. Tidak seperti Alex yang selalu menyuruh karyawan untuk
bekerja sampai di malam hari, bahkan Alex tidak segan untuk menyuruh
karyawannya bekerja di tanggal merah. Oleh karena itu, banyak anak magang yang
bergabung di Moonton memilih keluar ketika mereka tahu bahwa mereka akan
dimentori oleh Alex. Di mata Tytan, Dirga adalah manusia yang memiliki
kesabaran terdalam
layaknya Palung Mariana, tertinggi layaknya
bintang-bintang di langit. Itulah mengapa seluruh karyawan di Moonton sangat
ingin bekerja apabila Dirga yang menjadi atasan mereka. Tytan berteori, Dirga
bisa memiliki kesabaran se-dalam itu tentunya karena laki-laki itu hidup
tanpa beban dan minim masalah. Memangnya apa masalah yang terjadi jika kita
sudah punya banyak uang? Masalah hidup terbesar kita tentunya karena kita tidak
punya uang yang cukup untuk bersenang-senang, bukan?
Dirga adalah putra sulung Vand Hotman, salah
satu pengusaha terkaya di Indonesia yang menjadi inisiator utama pendiri
Perusahaan Moonton. Dirga ditempatkan di sana sebagai perwakilannya. Sebagai anak
laki-laki semata mayang, sudah tentu kalau Dirga tidak pernah merasakan yang namanya
kesulitan ekonomi sejak kecil. Seakan dunia memang sangat berbaik hati
untuknya, Dirga juga dianugerahi paras rupawan yang tentunya warisan kedua
orang tuanya. Ditambah penampilannya yang selalu rapih dan wangi. Dirga adalah
cerminan dari kata sempurna.
Tentunya Dirga menjadi idola semua perempuan
yang melihatnya. Meskipun Tytan dibuat terkagum oleh kesempurnaan Dirga, tetapi
dirinya masih sadar diri. Selain karena Tytan menganggap atasannya itu terlalu
sempurna untuknya yang setiap akhir bulan sudah bingung ingin
makan apa. Selain itu konon katanya, Dirga sudah memiliki pacar. Selama dua
bulan magang, Tytan belum pernah bertemu pacar Dirga. Tytan hanya pernah
melihat sesekali foto pacarnya Dirga yang dipajang di meja kerjanya. Wajahnya
jika dilihat sekilas memang sangat cantik, tipikal wajah anak orang kaya. Itulah yang dilihat oleh Tytan melalui foto, jika bertemu
langsung tentunya belum pernah.
“Cakep sih cakep si Bela, tapi kalau nyinyir
mah pedes banget mulutnya!” Ucap Gina sambil memakan kripiknya.
By the way,
Gina juga anak magang seperti Tytan. Bedanya Gina diterima magang di Moonton
karena dia adalah sepupunya Dirga. Sehingga Gina sedikit tahu kehidupan pacar
Dirga yang bernama Bela. Menurut Gina, selain memiliki omongan yang pedas, Bela
juga sangat tidak pandai dalam memasak. Sebenarnya Tytan tidak terlalu tertarik
untuk membahas hal yang menurutnya tidak penting dan tidak ada hubungannya
dengan dirinya. Tetapi mengingat Gina adalah teman baik wanita itu, mau tidak
mau Tytan tetap harus mendengarkan cerita Gina. Tytan tidak akan tahu mengenai
fakta bahwa pacarnya Dirga tidak bisa memasak kalau orang-orang kantor tidak
menggosipkan hal yang sama.
Orang-orang di kantor pernah dibuat penasaran
akan rasa masakan Bela. Mereka heran mengapa banyak rumor bila masakan pacar
Dirga sangat tidak enak sementara Dirga memakannya dengan sangat lahap, bahkan
Dirga tidak pernah memesan delivery makanan seperti yang lain. Dirga
selalu terlihat lahap bagaikan orang yang tidak pernah diberi makan setahun.
“Ada-ada saja kalian tuh!” Kak Digo
geleng-geleng kepala. Kak Digo termasuk orang penting di perusahaan ini. Tetapi
karena sifatnya yang hangat, beliau sangat dekat dengan karyawan, dan juga anak
magang di perusahan ini. “Harusnya kalian selesaikan pekerjaan kalian yang
tertunda, kejar omset bulan ini. Kalian malah sibuk berkonspirasi perkara rasa
masakan pacarnya Dirga!”
“Lagi jam istirahat, Kak. Masa kita kerja terus. Abisnya, Kak Dirga makannya
kayak yang enak banget gitu, Kak!” Celetuk Tomo. “Bener, Kak. Kita jadi
penasaran banget.” Tania juga berseru. Ternyata memang banyak yang sangat
penasaran dengan gossip yang sedang hangat di perusahaan.
“Kak
Dirga tuh setiap makan bekal makan siangnya kayak lagi makan makanan paling enak
sedunia. Kayaknya nasi goreng solaria kalah deh. Saya jadi pengen nyobain, Kak!”
Ucap Tania kembali, anak-anak yan lain hanya manggut-manggut.
“Mending
jangan.”
Perkataan
Kak Digo membuat semua orang yang di tempat ini semakin penasaran.
Kak
Digo menghela nafas, “Kalau sudah menyangkut masakan pacarnya, lidah Dirga
seperti sudah mati rasa. Lidah dia sepertinya rusak. Saya pernah nyicip masakan
pacarnya Dirga. Saya langsung masuk rumah sakit malamnya. Intinya itu saja,
saya tidak mau mengingat rasa masakan itu lagi. Tapi kalian tau apa komentar
Dirga?”
“Kenapa
tuh, Kak?”
“Dia
habiskan itu makanan sambil berkali-kali bilang enak! Katanya makanannya nggak
ada masalah, masih bisa di makan.” Ucap Kak Digo sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya.
“Buset,
budak cinta banget ya si Kak Dirga. Cinta memang gila.”
Semenjak
saat itu, tidak ada lagi yang penasaran dengan rasa masakan pacar Kak Dirga.
Di antara Dirga dan Alex, jangan lupakan
seorang laki-laki bernama Gama. Dia adalah atasan yang menjadi mentor Tytan
selama magang di Perusahaan Moonton. Menurut Tytan, di antara Dirga dan Alex,
Gama lah yang memiliki sifat paling aneh. Padahal dirinya adalah salah satu
orang terkaya di perusahaan, tetapi gaya berpakaiannya saat di kantor hanya
memakai kaos dan celana training panjang. Tidak seperti Alex dan Dirga yang
rapih dengan balutan kemeja formal layaknya pemimpin muda kaya raya.
Hal itulah yang membuat Tytan tidak
mengenalinya di hari pertama bekerja. Jadi, ceritanya di hari pertama Tytan
magang, Tytan datang sangat pagi dikarenakan salah membaca jam masuk
perusahaan. Di hari yang sama, Gama baru menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk
sehingga pria itu harus lembur sampai pagi di kantor. Di Perusahaan Moonton
terkenal memiliki fasilitas yang sangat lengkap, bahkan kamar dan segala
keperluan untuk menginap sudah tersedia di perusahaan ini. Gama yang baru
selesai membersihkan ruangannya sendiri, lalu keluar pintu sambil menenteng
sapu di tangannya.
Melihat Gama, Tytan yang baru saja sampai
langsung menyapanya. “Halo kak, selamat pagi! Saya Tytan anak magang baru di
perusahaan ini. Saya mau nanya, ruangannya Kak Gama di lantai ini kan ya?
Soalnya luas banget saya takut salah lantai.”
“Iya
benar.” Gama menjawab pertanyaan Tytan sambil masih menenteng sapu.
“Kak
Gama belum kelihatan dari tadi ya kak? Saya tunggu di sini boleh kan ya? Oh
iya, boleh kan ya saya minta tolong nitip dibelikan Matcha latte yang
ada di kedai samping lobby? Soalnya kalau saya yang beli, takutnya
keburu Kak Gama datang. Nanti saya disangka telat lagi.” Ucap Tytan sambil
menyerahkan beberapa lembar uang yang dia keluarkan dari tasnya.
“Kembaliannya
kakak ambil saja. Buat kakak makan sekalian, sarapan di pagi hari sebelum
beres-beres juga penting kak!”
Gama
sempat terhenyak sejenak. Dalam hatinya, pria itu berseru tidak percaya.
“Gila, gua disangka OB. Tampilan gua
macem OB banget, kah?”
Kemudian
sambil memaksakan senyum, pria itu menjawab. “Oh baik. Ada tambahan lagi,
Mbak?”
“Minta
yang less sugar aja ya kak, sama less ice juga soalnya saya lagi
radang. Oh iya, jangan pakai sedotan ya. Kita harus budayakan go green!
Sudah, itu saja kak pesanan saya. Terima kasih ya, Kak.”
“Sudah?”
“Sudah
kak, itu saja. Thank you, Kak!”
Gama dengan terpaksa turun membelikan minuman
pesanan Tytan. Setelah pria itu kembali hendak memberikan minuman Tytan, wanita
itu masih sendirian. Wajar saja, orang-orang kantor baru datang di jam sepuluh
pagi, tetapi wanita ini sudah datang di jam delapan pagi. Entah apa yang
membuatnya sangat bersemangat untuk datang sampai tidak memperhatikan jam.
“Nih
minumannya, Mbak.” Gama semakin menjiwai perannya sebagai OB.
”Widih,
terima kasih ya, Kak! Oh iya, Kak Gama tuh biasanya datang jam berapa ya? Kok
sudah jam segini belum datang-datang ya. Apa orangnya memang suka telat
gitu ya, Kak?”
“Dia
mah datangnya memang sesuka hatinya, Mbak.”
“Dih?”
Tytan mengerutkan alis. “Mentang-mentang bos kali ya jadi suka-suka dia. Nggak
bisa jadi teladan banget berarti ya. Duh, saya jadi malas nih, mana nanti
selama magang saya dimentorin sama dia, Kak.” Tytan menghela nafas berat. “Oh
iya, kakak kalau mau lanjut nyapu silahkan ya. Nanti kakak kena omel lagi malah
ngobrol sama saya.
Berkali-kali
Gama mengucap “sabar” di dalam hatinya, Gama pun memilih beranjak. Gama kembali
meraih sapu dan menjiwai peran menjadi OB.
“Tapi
memangnya beneran disuruh datang jam delapan, Mbak? Soalnya kantor ini saja
beroperasinya di jam sepuluh.” Ucap Gama sambil menunjuk jam yang terpasang di
dinding lorong.
“Masa
sih?” Tytan terhenyak. Lalu buru-buru membuka ponselnya untuk mengecheck
kembali jadwal masuk yang diinformasikan sebelumnya. “Astaga! Saya disuruhnya
datang jam setengah sepuluh. Ternyata saya salah baca jam—”
Tiba-tiba
munculan Dirga diantara mereka berdua. Tentunya Dirga sangat rapih, formal,
wangi, dan sempurna.
“Lah,
lo nggak balik semalam?” Seru Dirga memandang kearah Gama.
“Kagak,
kerjaan gua lagi banyak banget. Jadi sekalian kelarin sampai pagi. Biar hari
ini fokus mentorin anak magang aja.”
Tytan
buru-buru beranjak. Dia sudah mengenal Dirga sejak awal karena Dirga lah yang meng-interview-nya
sebelum Tytan resmi magang di Perusahaan Moonton. “Selamat pagi, Kak Dirga!”
Ucap Tytan ramah sambil tersenyum.
“Halo,
Tytan. Kamu rajin banget jam segini sudah datang. Sudah kenal dengan kakak
mentor kamu berarti, ya? Saya lihat tadi kamu sudah akrab dengan Gama.” Ucap
Dirga sambil tersenyum ramah.
Seketika
tubuh Tytan membeku. Di detik itulah, Tytan sadar dia baru saja melakukan
kesalahan besar di hari pertamanya bekerja.
Tytan
langsung mengarahkan pandangannya ke arah Gama, “Kak, saya benar-benar nggak
tau kalau kakak mentor saya. Saya pikir kakak OB disini. Tolong maafin saya ya
kak, saya minta maaf—”
Gama
sengaja menginterupsi ucapan Tytan dengan mengangkat salah satu tangannya ke
udara. “Nanti saja minta maafnya. Persiapkan dirimu untuk hari pertama bekerja.
Saya mau mandi dulu biar kelihatan kayak bos beneran.” Setelah itu Gama
beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
Dirga
terkekeh. “Gama memang seperti itu di kantor, santai orangnya. Pakai baju juga
semaunya dia, kalau ada meeting saja baru pakai pakaian formal. Jangan
takut gitu, dia orang yang baik kok. Santai saja.”
Tytan rasanya ingin menguburkan dirinya
dalam-dalam. Andaikan bisa, Tytan sangat ingin bilang ke Kak Dirga kalau dia
berharap Kak Dirga saja yang menjadi mentornya selama magang. Entah bagaimana
caranya untuk tenang ketika di hari pertama kalian sudah membuat kesalahan
kepada salah satu pewaris perusahaan.
Sesudah mandi, Gama muncul kembali dengan
tampilan yang berbeda. Dia mengganti kaosnya dengan hoodie polosnya dan
menggunakan kacamata yang sedikit kotak. Rambutnya yang sebelumnya berantakan
kini sudah tertata rapih. Dengan wajah orientalnya, jika Tytan perhatikan
dengan saksama, wajah Kak Gama lumayan menarik.
“Semoga
saya sudah nggak keliatan kayak OB lagi ya, Nama kamu tadi siapa? Titan?
Attack on titan?”
Tytan
meringis dan berusaha memalingkan wajahnya. “Malu banget, malu banget.” Gumam
Tytan di dalam hati.
“Nama
saya Tytan Alexandra, biasa di panggil Tytan, Kak. Mohon maaf untuk kejadian
sebelumnya.”
“Oh,
Tytan. Semoga kamu bisa lama dan betah ya disini. By the way, don’t make any mistakes in getting to know other people.” Gama
tersenyum penuh arti.
Ada sesuatu di dalam nada bicara Gama. Seperti
berisi ucapan sarkas yang menjanjikan pembalasan dendam. Firasat Tytan terbukti
benar. Semenjak kejadian itu, Gama tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk
balas dendam kepada Tytan. Gama sudah merencanakan berbagai pekerjaan sulit
yang akan pria itu berikan untuk Tytan nantinya.
***
Dari belasan anak magang yang menjalani
program internship di Moonton pada tahun ini, entah mengapa bagi Gama,
Tytan yang paling menarik perhatiannya. Menurut Gama, selama tiga bulan
bekerja, Tytan adalah sosok yang menarik perhatian. Bukan karena fisik Tytan
yang memang cantik, tetapi secara keseluruhan Tytan juga mendekati sempurna.
Tytan tidak diragukan dalam skill
bekerjanya. Gama pernah memberi wanita itu pekerjaan yang sulit untuk ukuran
anak magang, tetapi Tytan berhasil menyelesaikan pekerjaan tersebut tanpa
kesulitan. Gama semakin penasaran. Pria itu kembali memberikannya pekerjaan
yang lebih sulit dari sebelumnya tetapi Tytan masih mampu menuntaskan pekerjaan
tersebut tanpa bantuan Gama sedikitpun. Penilaian Gama, Dirga, dan Alex memang
tidak salah dalam memilih anak magang. Walaupun hanya magang, mereka tetap
mencari orang-orang terbaik diantara yang terbaik untuk dapat berkontribusi di
Perusahaan Moonton. Nantinya para kandidat yang lolos seleksi akan direkrut
untuk menjadi karyawan tetap di perusahaan tersebut.
***
Berkat kegigihan Tytan dalam bekerja, wanita
itu saat ini sudah menjabat menjadi karyawan tetap dengan jabatan yang cukup
baik. Setelah magang selama 3 bulan di Perusahaan Moonton, Gama langsung
menawarkan posisi Senior Animator kepada Tytan. Tentunya kesempatan
tersebut tidak disia-sia kan oleh wanita itu. Kerja keras dan semangatnya
membawakan hasil. Tytan membuktikan bahwa semangat bekerja keras adalah kunci
untuk meraih Impian, meskipun jalan menuju tujuan kadang penuh dengan
rintangan.
Ditulis oleh : Valencia Angelica Darsono
0 Response to " Tytan, Si Anak Magang"
Posting Komentar