Lagipula Hidup Akan Berakhir (Naskah)
Cast :
Feitha Lucyana (peran utama)
Habil (sahabat)
Hana (adik Habil)
Nenek Yuli (nenek)
Mama Liyanti (orangtua Feitha)
Papa lucky (orangtua Feitha)
Mama Hamidah (orangtua Habil)
Bapak Hamka (orangtua Habil)
Sekumpulan Ibu-Ibu (peran pembantu)
Sinopsis:
Hidup berdampingan dengan depresi itu bukan hal yang mudah.
Ini kisah seorang gadis bernama Feitha Lucyana, biasa dipanggil Fei.
Lahir dari keluarga yang kaya raya, ternyata tidak semudah
yang dibayangkan. Sejak kecil hingga sekarang Feitha diasuh oleh neneknya,
Feitha juga memiliki seorang sahabat cowok yang bernama Habil. Sejak sekolah
dasar mereka sudah bersahabat, hanya saja ketika Smp dan Smk mereka berbeda
sekolah. Habil tidak bisa memantau setiap yang dialami Feitha ketika disekolah,
namun Habil tetap menjadi tempat cerita untuk Feitha.
SCENE 1 EXT. Rumah Habil
Cast :
Feitha Lucyana
Habil
Hana
Waktu menunjukkan pukul 7 pagi, Feitha sudah berada di depan
gerbang pintu rumah Habil untuk mengajak olahraga pagi hari ini.
Bunyi bel berdering "Triiiiiiiiiing..
Triiiiiiiiiing".
Hana keluar dan membuka pintu rumah.
"Wiih on time banget nih datengnya". Ucap Hana.
"Iya Han, Kakak kamu udah bangun belum?" Tanya
Feitha.
"Udah dari subuh tau, tunggu bentar ya aku panggil
dulu". Jawab Hana
Dengan nada yang lantang Hana memanggil Habil.
"Kakaaaaaaaaaaaaaaaaak!. Itu didepan ada kucing rusakin
taneman".
"Yah terus mau diapain de".
"Sonoo keluar dulu makanya liat".
"Ganggu orang sarapan aja!".
Habil segera keluar dan mengecek taneman depan rumah,
ternyata tidak ada kucing yang rusak taneman. Mata Habil tertuju gerbang rumah
melihat Feitha sudah berdiri menunggu.
"Feiiiiii…….". Sapa Habil
"Kenapa ga mencet bell kalo udah Dateng".
Sambungnya.
"Udah kali, Lo aja yang ga denger". Jawab Feitha.
"Ayuk berangkat". Sambungnya.
Mereka pun pergi.
Sebenarnya ini hanya sekedar formalitas saja, karena Feitha
memiliki kelainan jantung sejak kecil dan tidak bisa melakukan aktivitas yang
menguras energinya. Tujuan datang ke Alun-Alun Kota bukan berolahraga,
melainkan untuk berdiri dijembatan layang melihat sekumpulan orang-orang yang
melakukan berbagai macam kegiatan.
Jembatan layang ini penghubung penyeberangan untuk menuju ke
Alun-Alun Kota, dan dari jembatan ini juga dapat terlihat gedung pencakar
langit.
SCENE 2 EXT. Alun-Alun Kota
Cast :
Feitha Lucyana
Habil
Jembatan layang ini adalah tempat favorit Feitha, disini
Feitha bisa menghabiskan waktu 3-4 jam hanya untuk berdiri dan berdiam. Tapi
beberapa kali Feitha juga suka mengajak Habil untuk bercerita disini.
"Liat deh orang-orang yang di bawah sana, gue gatau
mereka semua pake topeng atau ngga. Gue pengen seperti mereka, bisa hidup
normal, melakukan apa yang disuka, mengekspresikan diri, dan bisa berteman
dengan diri sendiri". Keluh Feitha.
"Yang gue tau dari hidup, hidup itu bagaikan lembaran
kertas yang kosong. Kita sebagai manusia berhak untuk melukis kehidupan ini
seperti apa bentuknya. Tapi, terlepas dari itu kita punya Tuhan yang sudah
menentukan kehidupan kita itu seperti apa." Sambungnya.
"Lo berharga Fei". Ucap Habil
"Gue bakal selalu ada buat Lo". Sambungnya.
Feitha adalah korban pelecehan seksual secara verbal maupun
non verbal, Ia juga sering mendapatkan perundungan ketika di sekolah.
Di rumah, Feitha jarang berkomunikasi dengan orang tua nya.
Namun, masih ada nenek yang menjadi tempat ternyaman untuk feitha bermanja,
menangis, serta menumpahkan isi kepalanya yang riuh itu.
SCENE 3. EXT Rumah Feitha
Cast :
Nenek
Feitha Lucyana
Nenek mulai merasakan kemelut cucu nya itu, karena setiap
hari selalu ada luka gores yang muncul dari tubuh Feitha.
"Fitaa, obat nya udah abis ya? Kali ini nenek temenin
ya kepsikiaternya?". Rayu Nenek.
"Argh! aku mau berhenti buat terus mengulangi dateng
kepsikolog dan terapi, aku gamau bergantung dengan itu lagi". Jawab
Feitha.
Lalu Nenek mendekati Feitha dan duduk bersebelahan.
"Tadi sebelum berangkat ke kantor, Mama sama Papa ada
bilang mau bawain makanan kesukaan kamu, katanya mau makan bareng-bareng
disini. Sebentar lagi mereka pulang". Ucap nenek.
"Cucu Nenek udah gede ya, keinget waktu kamu umur 5
tahun dulu, waktu itu kamu hobi banget nyanyi-nyanyi, sampe Mama pernah bilang
nanti kalo udah gede kamu harus jadi musisi, penyanyi sekaligus penulis lagu.
Papa juga sampe buatin studio mini kan buat kamu, tuh liat masih ada kan sampe
sekarang. Mereka sayang banget tau sama kamu, sayaaaang banget."
Sambungnya.
Hingga jam menunjukkan 9 malam, namun Mama dan Papa belum
juga pulang. Feitha tertidur di pangkuan Nenek, malam ini rencana makan bersama
batal.
SCENE 4. EXT. Rumah Habil
Cast :
Mama Hamidah
Bapak Hamka
Hana
Habil
Suasana sarapan pagi bersama begitu hangat dirasakan oleh
Habil, sambil sesekali Ia mengingat keadaan Feitha.
Karena hal ini tidak pernah Feitha rasakan setelah 13 tahun
lalu waktu feitha berumur 6 tahun.
"Pak cobain deh sayur sopnya, itu dedek yang buat
tau". Ucap Hana
"Ah yang bener kamu, bapak cobain ya". Jawab
Bapak.
"Emmmm… Enaaak banget ini, tapi kok rasanya mirip
masakan Mama ya". Sambungnya.
"Yah emang Mama yang masak, si dedek bantu masukin
garem doang tadi". Saut Habil.
"Dih apa sih, jangan sok tau deh jadi orang". Ucap
Hana dengan sebal.
"kaga bakal dedek cuciin pakean kotornya,awas aja
sih". Sambungnya.
"bodoamat kan masih ada Mama wleeeee". Ejek Habil.
"Udah udah buruan makannya udah siang nih, nanti telat
berangkat sekolah sama ke kampusnya" Ucap Mama.
Karena rute ke sekolah, kampus dan kantor Bapak searah. Jadi
mereka selalu berangkat bareng, ketika pulang mereka berdua biasa menggunakan
grab.
SCENE 5 EXT. Jembatan Layang
Cast :
Feitha Lucyana
Habil
Habil baru saja pulang dari Gramedia dan kebetulan melewati
jembatan layang tempat Feitha merefleksikan diri, dan melihat Feitha sedang
berdiri disana. Habil pun menghampiri.
"Feiiii..". Sapa Habil
"Dari jam berapa disini?". Sambungnya.
"Dari jam 4 sore". Jawab Feitha.
"Tumben Lo bawa motor, abis dari mana?". Tanya
Feitha.
"Selesai ngampus gue pergi ke Gramedia, karena ada yang
mau gue beli di sana, jadi Gua bawa motor aja. Mahal kalo kalo harus naik
grab." Jawab Habil.
"Tau gak? Tadi dikampus ada yang kesurupan njir, jadi
ikutan merinding". Sambungnya.
"Hah! Kok bisa?". Tanya Feitha.
"Mungkin lagi kecapekan, terus dia ngelamun, kerasukan
deh". Jawab Habil.
"Argh, Gue yang setiap hari kacapekan sama sering ngelamun juga biasa aja".
Ucap Feitha.
"Gatau juga deh. Tadi sampe lempar-lempar barang
kesurupan nya, ngeri euyyy". Lanjut Habil.
"Kenapa ga Lo aja sih Bil yang kesurupan, terus mukulin
semua orang pake benda tumpul sampe mereka memar. Lo ga bakal dihakimi karena
Lo ada alasan kesurupan.
Beda dengan Gue waktu itu, dilempar bola basket, dipukul
penggaris besi, baju Gue dicoret spidol permanen, mereka melakukannya dengan
sadar. Dan yang paling menjijikkan adalah ketika seorang Bapak-Bapak umur 50an,
terangsang dengan bocah umur 14 tahun dan itu adalah Gue." Ucap Feitha
sambil mengeluarkan air mata.
"Di pengadilan dia bilang rok sekolah gue terlalu
tinggi, dan badan gue gemuk, gue juga memiliki kulit yang putih dan segala
macam pembelaan diri yang iblis itu katakan." Sambung Feitha.
"Gue paham itu Fei, terimakasih ya lo udah bertahan
sampe disini. Lo berharga Fei". Ucap Habil
SCENE 6 EXT. Rumah Feitha
Cast :
Feitha Lucyana
Nenek Yuli
Mama Liyanti
Papa Lucky
Malam ini Nenek membeli burger kesukaan Feitha, yang
nantinya akan mereka berdua nikmati. Seperti biasa Mama dan Papa selalu pulang
larut malam, dimalam ini juga adalah malam terakhir Feitha dan Nenek bersama.
"Eh cucu Nenek udah pulang, sini sayang liat nih Nenek
punya burger kesukaan kamu". Ucap Nenek sambil mengajak Feitha keruang
tamu.
"Wiiiihhh Nenek emang paling ngerti banget deh".
Ucap Feitha sambil memeluk Nenek.
Mereka pun menikmati burger tersebut.
Di tengah itu, Nenek dan Feitha saling membicarakan hal-hal
yang begitu dalam.
Mulai dari segala macam keluhan Feitha, sampai pesan
terakhir dari Nenek yang Feitha tidak sadari.
"2 bulan lagi kamu genap 20 tahun, udah bukan anak-anak
lagi, bukan abg lagi dan bukan remaja lagi. Ditahun ini kamu masuk usia dewasa,
Nenek percaya sama kamu kalo kamu akan menjadi orang yang bermanfaat, disenangi
banyak orang dan kamu bisa menabur banyak kebaikan disekeliling kamu.
Kamu jangan lukain diri kamu lagi ya." Ucap Nenek.
"Aku mencoba sayang sama diri aku sendiri, tapi kenapa
ya orang-orang jahat banget. Emang mereka ga miikir yang mereka sakitin itu
lagi ada difase apa, lagi menjalani hari seberat apa, kenapa mudah banget
berbuat jahat". Jelas Feitha.
"Iyah nenek paham kok, biarin aja mereka jahat. Kita
hidup itu ada timbal baliknya, apa yang mereka tanam pasti akan mereka tuai.
Jika dia menanam keburukan kelak nanti akan memetik keburukan nya
sendiri". Ucap nenek sambil mengelus kepala Feitha.
Tanpa sadar Feitha mengucapkan kalimat buruk.
"Tanpa Nenek aku akan bunuh diri". Ucap Feitha.
"Sstttt! Gaboleh ngomong gitu. Nenek bakal selalu ada
buat kamu, sekalipun nanti Nenek meninggal pasti Nenek ada selalu di sisi kamu.
Udah jam 9 malem, sana bersih-bersih terus tidur". Jelas Nenek.
Pagi ini Nenek akan membeli sayuran di depan komplek tempat
tukang sayuran biasa mangkal. Tidak seperti biasanya, kali ini Feitha merengek
meminta Nenek tidak berbelanja sayuran. Feitha menawarkan dirinya agar Ia saja
yang membeli sayuran tersebut, namun Nenek menolak karena Feitha tau apa-apa
dengan jenis sayuran.
"Nek, biar aku aja ya yang beli sayuran". Ucap
Feitha.
"Ada gerangan apa Cucu Nenek mau belanja sayuran
pagi". Ucap nenek sambil tersenyum heran.
"A'a aku mau bisa aja sih hehe kan aku cewe". Ucap
Feitha.
"Uuummm.. udah mulai mau mandiri nih ya, pinteer. Tapi
gapapa Nenek dulu aja ya yang beli, nanti masaknya kita bareng-bareng sekalian
Nenek ajarin dan kasih tau nama-nama sayurannya". Ucap Nenek.
"Hehe oke deh Nek". Ucap Feitha.
Lagi dan lagi kehancuran kembali menghantam Feitha, Nenek
tertabrak mobil ketika belanja sayuran. Nasib na'as ini terjadi karena
pengendara mobil pulang kerja shif malam, dalam keadaan mengantuk menerjang
Nenek yang sedang menyebrang jalan. Sempat dibawa kerumah sakit, namun takdir
berkata lain.
Nenek tidak bisa diselamatkan.
Dalam keadaan ini Feitha benar-benar hilang kendali, Feitha
terus menangis, berteriak, memukuli wajahnya sampai membenturkan kepalanya
ketembok.
Mama dan Papa mencoba menenangkannya.
"Feitha, Berhenti!". Gertak Mama.
Feitha terus mengamuk sampai akhirnya Feitha pingsan.
Keadaan semakin memanas, ketika Mama dan Papa bertengkar hebat.
"Kamu harus berhenti kerja! kasian Feitha ngga keurus.
Ibu udah ngga ada, kamu sebagai orangtua dan seorang Ibu harus bertanggungjawab
mengurus Feitha!". Ucap Papa dengan nada tinggi.
"Kenapa harus aku? Aku punya banyak tanggungjawab
pekerjaan!". Ucap Mama.
"Karena kamu seorang Ibu, kamu punya wewenang untuk
mengurus Feitha! Biar aku yang kerja, aku masih sanggup menafkahi kalian
berdua, aku masih sanggup!". Papa semakin memanas.
Akhirnya sanak saudara mencoba untuk meleraikan dan
memberikan masukan bagaimana keputusan selanjutnya.
SCENE 7 EXT. Jembatan Layang
Cast :
Feitha Lucyana
Habil
Kini seminggu telah berlalu
"Tetap semangat Fei, jangan berhenti disini. Kita
berjuang sama-sama untuk pulih". Ucap Habil.
"Semenjak kepergian Nenek, beberapa kali gue dateng ke
sini gue selalu ngeliat ada tiga malaikat berputar di gedung itu". Ucap
Feitha sambil menunjuk gedung tinggi.
"Dan ketiga Malaikat itu tersenyum melihat gue".
Sambungnya.
"Itu lo halusinasi lagi, berapa pil yang udah lo
telen?!".Ucap Habil dengan nada keras.
"Entahlah, gue ga ngitungin. Sekarang yang gue punya
cuma lo Bil, kenapa ya hidup jahat banget sama gue, nasib yang sial gue ga
pernah minta untuk dilahirkan. Gue sebentar lagi berumur 20 tahun, dan ketika
melihat kebelakang atas semua hal yang gue lakuin dan ngerasain semuanya dan
jadi waras, gue harus akuin gue sakit hati,hmm gue pernah overdosis karena obat
tidur diumur 13 tahun, setelah 1 kelas geng laki-laki dikelas gue ngelempar
buku dan ngedorong gue masuk kedalam loker, pas bangun gue sendiri dan ada
dirumah sakit. Diumur 14 tahun, ini bener-bener menjijikkan banget dan gue
melihat dengan jelas kejadian itu, tubuh gue dijamah sama Bapak-Bapak yang usia
udah kepala lima, gue dilacurin sepuas-sepuasnya. Karena kejadian itu gue harus
menjadi seorang ibu diumur 14 tahun, tapi Tuhan masih sayang gue, gue mengalami
keguguran karena Tuhan tau gue belum siap menjadi seorang Ibu. Diumur 15 tahun
hal yang serupa kejadian lagi dan gue terbangun sembari halusinasi setelah
minum 40 pil obat tidur, hmm besoknya gue masih kesekolah dan nutup-nutupin ini
semua dan orang tua gue gatau apa-apa sampe sekarang, diumur 16 tahun gue
pernah kesekolah dengan setidaknya seratus luka gores ditubuh. Argh, ini, ini
jadi ga lucu banget saat jam pelajaran olahraga, semua orang menghakimi, semua
orang membenci gue, satu orang gila yang kebetulan sekelas sama mereka, gue
akhirnya mencapai titik dimana gue udah ga peduli lagi dengan apapun dan gue
mencoba overdosis lagi dan memotong pergelangan tangan gue secara vertikal, gue
terbangun dirumah sakit dengan nenek gue yang menangis disebelah gue, dan mohon
untuk gue bangun." Ungkap Feitha
"Gue kira lo udah sembuh Fei". Ucap Habil
"Sembuh itu apasih artinya, lebih baik sehat dari pada
sembuh menurut gue.
Depresi itu bukan luka bakar atau koreng dia gabisa sembuh
seutuhnya, masih ada hari-hari dimana gue mati rasa dan suara-suara dikepala
gue ga bisa diem, gue gabisa bilang kalo gue itu gak suicidal karena gue masih
mikirin mati setiap hari". Jelas Feitha.
SCENE 8 EXT. Jembatan Layang
Cast :
Feitha Lucyana
Sekumpulan Ibu-Ibu
Kini sebulan telah berlalu.
Suara-suara jeritan terdengar begitu keras, jeritan-jeritan
itu berasal dari bawah jembatan layang tempat biasa feitha merefleksikan diri.
Tapi kali ini keadaan berbeda, di tempat ini Feitha mengakhiri hidupnya dengan
bergantung diri di atas jembatan layang tersebut. Feitha mengakhiri hidupnya
dengan tragis, suara-suara dikepalanya yang berisi suicidal akhirnya membuat
Feitha menyerah.
0 Response to "Lagipula Hidup Akan Berakhir (Naskah)"
Posting Komentar