Kisah Aldrik Sumantri Berawal Dari Mimpi Sewaktu Kecil, Hingga Bertanding di Mancanegara


 Aldrik Sumantri, seorang mahasiswa yang mendalami cabang olahraga Judo semenjak dirinya berumur 9 tahun. Aldrik merupakan pria kelahiran Tangerang, 17 Agustus 2003. Saat ini ia merupakan atlet salah satu cabang olahraga Judo perwakilan Banten. Belum lama ini, Aldrik dinyatakan lolos dalam ajang perlombaan yang diselenggarakan oleh pemerintah yakni Pra PON 2023 dan mendapat medali perunggu.

Selain itu ia juga pernah mendapatkan medali emas di Singapore Open dimana di pertandingan Singapore Open ini ia berhasil mengalahkan lawan dari negara lain khususnya negara-negara Asia seperti Malaysia, Singapur, Thailand. Ia berhasil membawa pulang medali emas dari pertandingan ini.

Aldrik sendiri tumbuh besar di keluarga yang memang mencintai Judo. Sebagai anak yang paling kecil dari 4 bersaudara, ia mengikuti contoh dari kakak-kakaknya yang sudah terlebih dahulu terjun ke dunia olahraga ini. Mimpi ini bermula ketika kakak-kakaknya harus pergi berlatih Judo, dimana ia ditinggal sendirian di rumah pada waktu itu. Saat itu Aldrik meminta ibunya untuk mendaftarkan dirinya mengikuti olahraga Judo. Awalnya ibunya lebih memilih Aldrik untuk fokus di bidang akademik namun karena permintaannya itu ia pun didaftarkan di Toray Judo Club dimana kakak-kakaknya juga mengikuti club ini.

Judo sendiri merupakan cabang olahraga bela diri dari Jepang. Berbeda dengan Brazilian Jiujitsu yang berfokus di ground, Judo sendiri didasari dengan teknik membanting dan mengunci. Olahraga Judo tidak memiliki dasar dalam pukulan atau tendangan, mereka hanya mempelajari sedikit bagian dari itu namun tidak menekuninya. Judo sendiri masuk ke Indonesia sekitar tahun 1940-an pada masa penjajahan Jepang. Olahraga ini merupakan olahraga bertahan bukan menyerang.

Olahraga ini memerlukan kestabilan berat badan dimana dalam praktiknya dikelompokkan sesuai dengan berat badan atlet yang akan bertanding. Aldrik sendiri masuk ke dalam kelas berat badan 60 kg, sehingga berat badannya tidak diperbolehkan lebih dari 60 kg. Namun uniknya, dalam jangka waktu 3-6 bulan sebelum bertanding, pemain judo harus memiliki berat badan lebih dari 60 kg. Setelah jangka waktu bertanding mencapai 2 bulan, pemain judo harus menurunkan berat badannya dimana massa lemak yang sudah ditimbun selama 3-6 bulan sebelumnya dibuang menjadi massa otot.

Aldrik sendiri memiliki jadwal berlatih 2 kali dalam sehari, di siang hari ia berlatih menggunakan beban dan di sore hari ia berlatih teknik-teknik judo yang akan digunakan dalam pertandingan. Aldrik juga dituntut untuk menjaga pola tidur serta pola makannya saat menjelang pertandingan. Ia diharuskan untuk memakan protein yang diolah dengan cara direbus tidak digoreng agar lebih sehat disertai dengan pemberian vitamin setiap harinya.

Selain mempersiapkan diri secara fisik, Aldrik juga mempersiapkan mentalnya menjelang pertandingan. Satu hal yang ia persiapkan sebelum bertanding pastinya adalah keberanian. Aldrik menyampaikan bahwa untuk memiliki keberanian ia harus bersikap lebih tenang. Untuk mendapatkan ketenangan ini, Aldrik seringkali berdoa agar dirinya memiliki mental seorang pejuang, dimana ia berdoa apapun hasil pertandingannya ia tetap mensyukurinya.

Aldrik sendiri memiliki pengalaman saat bertanding yang tak akan pernah dilupakan olehnya. Pengalaman pertamanya terjadi sewaktu ia mengikuti pertandingan Jakarta Open dimana saat bertanding dengkulnya mengalami dislokasi. Saat itu Aldrik harus dinyatakan kalah bukan karena poin melainkan kalah karena cedera.

Selain itu, pengalaman terpenting lainnya yakni ketika ia bertanding di Jakarta. Saat itu, Aldrik bertanding dalam kondisi yang tidak fit dimana seharusnya ia tidak diperbolehkan untuk bertanding tapi Aldrik tetap semangat dan bertanding. Di pertandingan ini, mental Aldrik diserang habis-habisan dimana ia merasa sangat tidak berdaya, namun seperti yang Aldrik katakan sebelumnya ketika ada damai sejahtera dalam dirinya apapun masalah yang terjadi ia tetap bisa tenang dan bersyukur dalam menerima kekalahan.

Pengalaman yang tak bisa terlupakan lainnya adalah saat Aldrik mengikuti Porprov di Kalimantan Timur. Aldrik sendiri merupakan atlet yang berasal dari Banten yang telah dimutasi ke Kalimantan Timur tetapi Aldrik mendapat penolakan dari orang-orang Kalimantan Timur. Pada saat itu hadiah yang diperebutkan berjumlah sangat besar baik hadiah individu maupun hadiah tim. Menurut Aldrik, untuk meminimalisir saingan yang ada dan adanya praktik politik yang memengaruhi pertandingan tersebut Aldrik pun tidak diperbolehkan turun ke lapangan.

Padahal menurut Aldrik, transfer pemain itu sah dilakukan dalam dunia olahraga. Aldrik sendiripun sudah membuat surat perjanjian bahwa ia akan membela atau berpihak pada Kalimantan Timur sampai PON Aceh Sumut 2024. Tetapi ternyata surat tersebut tidak berhasil  dan tetap menentang Aldrik untuk bertanding. Aldrik pun harus pulang dengan rasa kekecewaan yang berat namun ia tetap menerima keadaan tersebut dengan lapang dada.

Pengalaman-pengalaman ini membuat Aldrik semakin berjuang dan melatih mentalnya sebagai mental pejuang dimana ia tidak cepat puas dengan apa yang dimiliki. Saat ia mendapatkan prestasi sebagai juara dalam pertandingan, setelah pertandingan selesai  dan turun dari podium maka Aldrik akan mulai dari awal kembali dan tidak membawa status juara itu setelah pertandingan selesai. Jadi Aldrik menanamkan dalam dirinya bahwa tidak ada kata puas, jangan pernah menyerah, dan bersyukur dengan apa yang didapatkan.

Pemikiran dan mindset Aldrik ini membawa ia pada prestasi demi prestasi dari pertandingan Judo. Bahkan ia tidak menyangka bahwa dirinya berhasil untuk bertanding di luar negeri dan memenangkan pertandingan tersebut. Pengalamannya dalam dunia Judo dari sewaktu ia kecil hingga sekarang didapatkan dari mental pejuang ini yang selalu ia terapkan saat ia akan bertanding.

Aldrik memberi motivasi kepada para pejuang di luar sana khususnya mereka yang ingin masuk ke dalam dunia olahraga agar memastikan bahwa mereka memiliki mental pejuang atau fighter. Dimana ketika mereka gagal mereka tidak boleh menyerah, apabila kita sudah berlatih namun hasilnya tidak memenuhi ekspetasi kita, jangan pernah kecewa karena “Sang juara itu lebih bekerja keras dan tidak mengandalkan mulutnya.” – Aldrik Sumantri.



Written by Vriska Prisilia

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Kisah Aldrik Sumantri Berawal Dari Mimpi Sewaktu Kecil, Hingga Bertanding di Mancanegara"

Posting Komentar