Si Gaun Merah

Source : Buku Kisah Tanah Jawa: Jagat Lelembut, Gagasmedia

 Si Gaun merah

            Perkenalkan nama ku Andi, aku adalah seorang penjaga apartment tua di kota Jakarta, saat ini aku ingin menceritakan pengalaman ku saat menjadi seorang penjaga di apartment tersebut. Pertama-tama kisah ini di mulai dari diriku yang kena Phk di salah satu Perusahaan di Jakarta. Aku sangat setres karena di phk dan diriku sempat menganggur selama beberapa bulan, aku pun sudah mencari pekerjaan kesana-sini tapi hasilnya nihil, tetapi akhirnya pada suatu ketika kenalan ku menawari sebuah pekerjaan di salah satu apartment di Jakarta, tentu aku sangat senang karena diriku sudah menganggur selama 5 bulan lamanya.

            Bu Dita Namanya dia mempunyai sebuah apartemen yang bernama Pondok Indah Harapan di Jakarta utara dan menawari ku sebuah pekerjaan menjadi seorang penjaga apartemen. Gaji dari menjadi penjaga apartemen adalah 5 juta per bulan dan memperboleh kan aku tinggal di apartemen tersebut dengan geratis. Tugas nya adalah aku di harus kan untuk menyalakan lampu di sore hari dan mematikan lampu di pagi hari, lalu aku juga di harus kan berkeliling setiap malam memastikan keamanan di sekitar.

Kemudian aku bertanya kepada ibu Dita kapan harus interviev dan dia berkata tidak perlu bisa langsung kerja. Aku saat itu sempat dibuat bingung oleh bu Dita, karena dia bilang tidak perlu interviev lagi, sudah bisa langsung masuk, yah aku tidak ambil pusing barangkali aku bekerja di apartment tersebut lewat orang dalam, dan gaji nya cukup lumayan di tambah aku mendapatkan tempat tinggal geratis, dan sekarang aku tidak perlu memusingkan uang kontrakan.

Singkat cerita pada pagi hari aku berangkat ke apartemen Pondok Indah Harapan, karena aku ingin melihat apartemen tersebut sebelum aku bekerja. Di perjalanan menuju apartemen tersebut, jalanan sangat mecet parah karena ada pengerjaan Pipa saluran Air, walaupun begitu aku sengat bersemangat karena sebentar lagi aku akan melihat tempat aku bekerja.

            Beberapa jam kemudian aku sampai di lokasi tempat apartemen itu berada. Aku sempat di buat terkejut melihat apartemen tersebut, bangunan nya sudah sangat tua dan banyak rumput liar dimana-mana lalu apartment itu memiliki 5 lantai dan bangunan nya tidak terlalu besar . Kemudian dari apa yang aku lihat sepertinya tidak banyak orang yang tinggal disini. Saat aku sedang melihat-lihat aku mendengar suara yang memanggilku, dan ternyata yang memanggilku adalah seorang penghuni apartemen tersebut, dia bertanya kepadaku ada keperluan apa aku kesini, aku menjawab bahwa aku adalah orang yang akan bekerja di sini.

 Bapak tersebut kemudian memperkenalkan dirinya nama nya adalah pak Maman, pak Maman sudah 20 tahun tinggal di apartemen tersebut, dia berkata bahwa sudah tidak ada penjaga apartemen selama 8 bulan lamanya dan sangat senang bahwa akan ada penjaga baru yang menjaga apartment tersebut. Lalu aku bertanya kepada pak Maman kenapa apartemen ini sepi sekali dan tidak terlihat ada anak-anakk yang sedang bermain, kemudian pak Maman menjelaskan bahwa penghuni di sini tidak cukup banyak dan kebanyakan dari penghuni disini jarang keluar atau bersosialisasi.

Selanjut nya pak Maman mempersilakan aku untuk melihat-lihat isi apartemen tersebut. Di saat aku sedang melihat-lihat entah kenapa bulu kuduk ku terasa merinding dan di saat ingin naik kelantai atas, aku menekan tombol Lift tetapi pintunya tidak terbuka dan sepertinya Lift di apartemen ini sudah tidak bisa digunakan, lalu aku mencari tangga yang menuju ke lantai atas, alangkah terkejut nya aku melihat tangga yang gelap gulita. Aku memberanikan diriku untuk menaiki tangga tersebut, dan entah kenapa terasa lembab dan tidak ada Cahaya sedikitpun di tangga ini, hanya senter dari Hand Phone ku yang menerangi.

 Di lantai atas aku melihat seorang kake tua yang sedang berdiri, kemudian aku menyapa kake itu dan dia menanyakan apakah aku salah satu penghuni baru di apartemen ini lalu aku menjawab iya dan aku adalah seorang penjaga baru yang akan berkerja besok. Kake itu terlihat senang sekali di karenakan ada penjaga baru yang akan menjaga apartment ini, lalu aku bertanya kepada kake tersebut kenapa Lift dan Lampu di tangga tidak berfungsi, kemudian dia menjawab bahwa pengelola apartemen ini sudah bangkrut dan tidak bisa berbuat banyak untuk mengelola fasilitas apartemen ini. Kake tersebut juga berkata bahwa harga di apartemen ini murah di karenakan fasiltas nya tidak terurus dengan baik.

Kemudian setelah aku berkeliling, aku memutuskan untuk segera kembali ke kontrak kan ku untuk mempersiapkan perpindahan untuk besok. Setelah aku sampai ke kontrak kan, aku kemudian mulai mempersiapkan barang-barang yang ingin ku bawa besok, barang-barang yang kupunya tidak cukup banyak jadi aku dengan cepat langsung menyelesaikan perpindahan ku untuk besok.

 Segera aku sudah menyelesaikan semuanya aku kemudian beristirahat. Di pagi harinya aku langsung mandi dan sarapan di teras depan, kemudian salah satu tetanggaku bertanya apakah benar aku akan segera pindah, dan aku men jawab iya bahwa aku akan pindah ke apartemen yang bernama Pondok Indah Harapan. Lalu tetangga ku berkata bahwa apakah aku benar-benar serius pindah ke apartemen tersebut, sontak aku langsung bingung dengan pertanyaan nya kemudian dia bercerita bahwa apartemen yang akan aku tinggali adalah apartemen yang angker dan banyak penghuni di sana yang kapok dan langsung pindah dari apartemen tersebut, dan yang paling seramnya lagi adalah bahwa sesosok penunggu disana adalah Kuntilanak Merah. Aku mendengar cerita nya sedikit dibuat ngeri tetapi aku tidak inging terlalu memperdulikan cerita nya itu, karena aku harus nya bersyukur bahwa aku mendapatkan pekerjaan dan tempat yang tinggal baru.

Aku segera membawa barang-barang ku yang ingin ku bawa ke tempat tinggal baruku dan juga tempat dimana aku ber kerja. Sesampai nya di sana aku bertemu ibu Dita selaku pemilik apartemen dan orang yang menawari perkerjaan ini kepada ku, dan langsung mengantar kan aku ke kamar yang akan aku tempati. Kami menaiki tangga hingga ke lantai 4 di mana kamar yang akan kutempat bernomor 413, lalu ibu Dita mangatakan kepada ku bahwa aku dapat mulai berkerja di sore hari.

Saat aku memasuki kamar, kamar tersebut cukup luas lalu ada dapur kecil dan kamar mandi di sudut kamar. Kemudian aku mulai membereskan barang-barang ku, setelah nya aku beristirahat untuk mulai berkerja di sore hari. Di sore hari aku segera mempersiap kan diri ku sebelum berkerja lalu, aku kemudian mengambil senter dan mulai menyalakan lampu lantai demi lantai dan lampu di sekitar apartemen. Kondisi saat itu sangat sepi belum lagi lumayan banyak lampu yang mati atau redup cahaya nya.

Di saat aku sedang manaiki tangga untuk ke lantai 5 aku mendengar suara langkah kaki di tangga yang gelap tersebut, yah yang kupikir kan mungkin ada orang yang ingin menuju ke lantai lima juga, tapi setelah kupikir-pikir lagi di lantai lima atau lantai paling atas tidak ada orang samasekali yang menempati lantai tersebut. Segera aku berlari menaiki tangga ke lantai 5, yang kupikirkan saat itu ada orang yang ingin mencuri atau berbuat jahat, tetapi saat aku tiba di lantai 5 tidak ada orang samasekali dan suara langkah kaki tersebut hilang.

Rasanya sangat sunyi sekali di lantai 5 dan yang kudengar hanya suara Azan yang berkumandang. Perlahan-lahan aku menyusuri kamar yang kosong untuk menyalakan Lampu, dan tombol Saklar Lampu tersebut berada di ujung lantai 5. Tiba-tiba aku melihat sesosok wanita mengenakan gaun merah yang keluar dari kamar yang kosong sedang berjalan munuju tangga, sontak aku di buat merinding melihat hal tersebut, tetapi entah kenapa merasa penasaran dan memutuskan berlari mengejar wanita tersebut.

Di tangga aku melihat wanita tersebut menuju lantai 4 dan yang lebih di buat terkejut nya lagi, ter nyata wanita bergaun merah tersebut memasuki kamar 413 yaitu kamar yang aku tempati. Aku perlahan-lahan menuju kamar 413 yaitu kamar ku sendiri, kemudian aku membuka pintu dan di saat aku membuka pintu dan melihat ke sekeliling kamar tidak ada seorang pun di dalam kamar.

Kemudian aku turun ke lantai paling bawah untuk menuju kantor tempat dimana aku memantau beberapa sudut apartemen lewat Cctv. Disaat aku tiba di lantai paling bawah aku bertemu ke pak Maman dan dengan segera aku bertanya kepada pak Maman apakah ada seorang wanita yang sering mengenakan gaun merah, lalu pak Maman hanya tersenyum dan berkata bahwa salah satu penghuni disini ada yang ingin berkenalan dengan ku. Aku sontak di buat bingung oleh perkataan nya pak Maman, kemudian pak Maman langsung pergi meninggalkan ku begitu saja tanpa berkata apa-apa.

Selanjut nya aku menuju ke kantor untuk memantau lewat Cctv, walaupun apartemen ini sudah cukup tua tetapi apartemen ini di lengkapi oleh Cctv, walau pun hanya ada beberapa tempat yang bisa di awasi Cctv. Tempa-tempat yang di awasi Cctv ialah Lanta 1 yaitu Lobi apartemen lalu lantai 3 dan lantai 5, dengan begitu keamanan apartemen ini sudah cukup bagus, dan jika kalau ada pelaku kejahatan bisa terekam oleh Cctv lalu bisa di jadikan barang bukti.

Malam nya sekitar jam 10 aku mulai berkeliling apartemen mulai dari lantai 1 hingga lantai 5, lalu saat aku berada di lantai 2 aku bertemu seorang pria yang sepertinya baru saja pulang kerja, kemudian aku menyapa pria tersebut dan pria itu berkata bahwa aku harus hati-hati saat sedang berjaga di malam hari, dia berkata bahwa jika bertemu wanita bergaun merah jangan menghampirinya dan jika ada suara wanita yang memanggil jangan menengok ke belakang. Setelah pria itu berbicara kepada ku dia segera masuk ke kamar nya, dan kemudian aku melanjut kan tugas ku berkeliling apartemen untuk memastikan ke amanan.

Setelah aku selesai berkeliling aku kembali ke ruang Cctv dan karena mengantuk aku sempat memejamkan mataku, lalu kemudian saat itu tiba-tiba aku mendengar suara tangis wanita tepat berada di samping kanan ku, dan saat aku membuka mata, dengan jelas aku melihat dari Cctv ada seorang wanita bergaun merah yang sedang berdiri di depan kamar ku, kamar 413. Saat it aku di buat merinding bukan main, aku segera mengambil senter dan ingin bergegas ke lantai 4 tetapi, tiba-tiba aku teringat kata-kata dari pria tadi bahwa jika bertemu wanita bergaun merah jangan menghampirinya dan jika ada suara wanita yang memanggil jangan menengok ke belakang.

Aku di buat bimbang bukan main dengan apa yang di katakana pria tadi tetapi di satu sisi aku adalah seorang petugas ke amanan di apartemen ini, dan bagaimana jika wanita bergaun merah itu adalah orang yang ingin melakukan kejahatan. Aku memutuskan dengan berani naik ke lantai 4 dan di saat aku tiba di lantai 4 aku tidak melihat seorang pun di sana maupun di depan kamar ku tetapi tiba-tiba aku mendengar suara wanita yang memangil nama ku “Andi..Andi..Andi..”

Saat itu aku mendengar suara wanita yang memanggilku, tepat berada di dalam kamarku. Dengan rasa frustasi di dalam diri ku, aku memutus kan untuk masuk ke kamar ku, lalu di saat aku membuka pintu ruangan terlihat gelap, padahal sebelum aku meninggalkan kamar ku untuk berjaga, aku menyalakan lampu nya tadi, tetapi kamar itu terlihat gelap. Perlahan-lahan aku memasuki kamarku dan tiba-tiba aku mendengar suara mendesis seperti ular di belakang ku dan di saat aku menengok ke belakang aku melihat sesosok wanita bergaun merah tepat berada di belakangku, lidah nya menjulur panjang lalu mata nya merah juga rambut nya terurai dan yang lebih parah nya lagi dia terlihat seperti terbang melayang.

Aku ingin berteriak tetapi mulut ku tidak bisa terbuka dan rasa nya tubuhku tidak bisa bergerak sama sekali. Sekujur tubuh ku mengeluarkan keringat dan di dalam hati ku terus berdoa tanpa henti, lalu wanita bergaun merah itu menghampiriku dan melihat wajah ku dari dekat, tercium bau darah yang sangat busuk. Wanita bergaun merah itu terus menatap ku, dan dia mendesis seperti ular dan aku merasa kepalaku sangat pusing sekali kemudian tubuh ku terasa sangat lemas kemudian, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar ku dan memanggil nama ku,

Wanita bergaun merah itu perlahan-lahan menjauhiku dan menghilang dalam kegelapann. Sekujur tubuhku lemas bukan main dan dengan sekuat tenaga aku berjalan ke arah pintu di saat aku membuka pintu terlihat pak Maman yang telihat heran sambil memperhatikan ku. Pak Maman mengamati wajahku yang pucat dan mataku yang masih mencerminkan ketakutan. Dia segera merangkulku dengan penuh kepedulian, mencoba menenangkan gejolak dalam diriku. "Andi, apa yang terjadi di sini?" tanyanya dengan nada lembut.

Dengan suara yang gemetar, aku mencoba menceritakan kembali pengalaman menyeramkan yang baru saja kulalui. Pak Maman mendengarkan dengan penuh perhatian, kadang mengangguk, dan sesekali menunjukkan ekspresi yang mencerminkan keheranan. Setelah mendengar ceritaku, Pak Maman tampak merenung sejenak sebelum akhirnya berkata, "Andi, mungkin ini adalah pertanda bahwa kita perlu lebih dalam lagi memahami keberadaan di sekitar kita. Ada kekuatan-kekuatan yang tak terlihat, dan kita perlu belajar berdamai dengan mereka."

Dia kemudian menawarkan bantuan untuk mencari jawaban lebih lanjut. Kembali ke kantornya, aku duduk di depan layar Cctv, mencoba mencari petunjuk atau tanda-tanda keberadaan wanita bergaun merah. Meski hatiku masih dipenuhi ketakutan, tekad untuk mengatasi misteri ini tumbuh dalam diriku. Beberapa hari kemudian, aku memutuskan untuk mengunjungi pustaka setempat, mencari buku atau artikel yang bisa memberikan wawasan lebih dalam tentang makhluk-makhluk supranatural. Aku membaca tentang entitas astral, roh penjaga, dan berbagai fenomena gaib. Semakin banyak aku membaca, semakin jelas tergambar bahwa aku terlibat dalam sesuatu yang melampaui pemahaman manusia biasa.

Saat malam tiba, aku kembali melanjutkan tugas rutinku, berkeliling apartemen dengan senter di tanganku. Aku mencari-cari tanda keberadaan wanita bergaun merah, memastikan keamanan penghuni apartemen. Di lantai 3, aku bertemu dengan seorang nenek yang tinggal sendiri. Dia tersenyum ramah namun menyampaikan peringatan bahwa aku tidak sendiri dalam menghadapi kejadian aneh tersebut.

Wanita itu bercerita tentang legenda lokal, tentang seorang wanita bergaun merah yang diyakini sebagai penjaga roh di apartemen ini. Dia mengatakan bahwa penampakan wanita tersebut seringkali merupakan pertanda baik, meski terkadang bisa menakutkan bagi yang belum siap. "Dia datang untuk memberi peringatan atau petunjuk," kata nenek itu, "tapi hatimu harus bersih dan pikiranmu terbuka untuk bisa memahami pesan yang ingin disampaikannya."

Dengan nasihat dari nenek itu, aku mulai merubah pandangan terhadap kehadiran wanita bergaun merah. Aku berusaha membuka diri untuk memahami apa yang sebenarnya dia inginkan dariku. Saat malam tiba, aku kembali ke kantorku dengan hati yang lebih tenang. Malam itu, di ruang Cctv, aku terdengar suara tangisan lembut yang menarik perhatianku. Aku segera memfokuskan kamera ke lantai 2, tempat suara itu berasal. Ternyata, wanita bergaun merah itu muncul lagi, tetapi kali ini dengan wajah yang lebih tenang. Dia melambaikan tangan ke arahku, memberikan senyuman penuh makna.

Dengan hati-hati, aku keluar dari kantorku dan naik ke lantai 2. Wanita bergaun merah itu tidak lagi menampakkan sisi menakutkan. Dia mengambarkan gerakan lembut dan memanggil namaku dengan suara lembut, "Andi." Tanpa ketakutan, aku mendekat dan mencoba berbicara dengannya. Wanita itu memberi isyarat yang membuatku yakin bahwa dia datang untuk memberikan pesan penting. Dia memberikan gambaran tentang kehidupan masa laluku, memberikan petunjuk tentang bagaimana aku bisa tumbuh dari pengalaman ini.

Malam demi malam, kami berkomunikasi, meskipun hanya melalui bahasa isyarat dan perasaan. Wanita bergaun merah itu membimbingku untuk memahami diriku sendiri dan makna sebenarnya di balik pertemuan kami. Aku merasa bahwa ada kebaikan dalam hatinya, dan aku belajar untuk membuka diri terhadap dunia yang tak terlihat. Suatu hari, dia menghilang tanpa jejak. Aku yakin bahwa pesan dan bimbingannya telah membawa kebaikan dalam hidupku. Aku bersyukur kepada wanita bergaun merah itu dan nenek yang memberiku petunjuk bijak.

Pak Maman, yang tetap menjadi sosok ayah yang bijaksana, tersenyum bangga melihat perkembanganku. Apartemen yang tadinya hanya menjadi tempat kerjaku, kini menjadi saksi dari perjalanan spiritual yang tak terduga. Aku memutuskan untuk tetap tinggal di sana, merawat dan menghormati kehadiran wanita bergaun merah dan energi-eenergi supranatural yang melingkupi tempat itu. Melalui pengalaman itu, aku belajar bahwa dunia ini lebih kompleks daripada yang dapat kita lihat dengan mata kita. Terkadang, makhluk-makhluk gaib datang untuk memberi kita wawasan, dan kita harus bersedia membuka diri terhadap keajaiban yang tak terduga.



Written by : Budiman Shidarta Slamet

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Si Gaun Merah"

Posting Komentar