Kematian si Cacat

Art by Nikenadetia

INT. Dalam kelas – Pagi

Suara ricuh memenuhi ruangan kelas bangku SMA kelas 12. Kericuhan terjadi hanya di bangku paling depan.

Murid yang duduk di barisan kedua hingga paling belakang hanya diam dan fokus pada ponsel. Seorang perempuan (Jesa - 17) dengan penampilan rapi selayaknya murid teladan sedang menuangkan air panas ke atas kepala seorang perempuan (Savira - 17) yang hanya duduk diam menunduk, tangannya penuh dengan gelang hitam, rambutnya bewarna ungu terang. Penampilan keduanya tampak sangat kontras, begitu juga perilakunya.

 

Jesa (V.O.)

Jangan mentang-mentang orang kaya, lo jadi seenaknya buat ngejek gue!

Jesa melemparkan gelas yang sudah kosong ke wajah Savira. Dahi Savira membengkak kemerahan. Savira mengangkat wajahnya pelan lalu menatap sendu Jesa.

Savira (V.O.)

I don’t even know you.. (aku bahkan gak kenal kamu)

Jesa murka, dia menarik kerah Savira lalu mendorong Savira hingga kepalanya membentur kaca jendela yang akhirnya pecah berkeping-keping.

Jesa (V.O.)

Kalau hari ini lo gak mati, jangan panggil gue Jesa!

Savira tergeletak tidak sadarkan diri, seluruh tubuh penuh luka bakar dan darah akibat tendangan yang dilakukan Jesa. Tidak ada yang menyaksikan kejadian tersebut, seluruh isi kelas hanya diam tanpa berniat membantu. Guru yang melewati kelas tersebut berpura-pura tidak melihat dan melangkahkan kakinya pergi. Jesa yang sudah merasa lelah langsung meninggalkan ruangan kelas tersebut dan menyisakan Savira yang tergeletak tidak beraturan. Keramik lantai sudah basah karena tuangan air panas tadi dan aliran darah dari kepala Savira akibat pecahan kaca jendela.

 

INT. Kamar Savira – Malam.

Savira duduk di atas kasurnya. Ukuran kamarnya sangat besar dengan gaya Eropa. Savira memakai baju tidur senada bewarna merah maroon. Kakinya penuh dengan goresan pisau ulah Jesa selama 3 tahun dia bersekolah di Jakarta. Savira mengambil pisau kecil dari laci sebelah kasurnya. Savira mengarahkan pisau kecil itu ke arah foto Jesa yang sedang tersenyum sembari menggenggam penghargaan kejuaraan akademik sains.

Savira (V.O.)

You’re so brave. (kamu sangat berani)

Savira tersenyum. Dia menidurkan tubuhnya di kasurnya. Savira meletakkan pisau kecil itu di dadanya lalu tidur.

 

EXT. Gerbang  Sekolah.

Savira turun dari mobil sedan hitam lalu menutup pintu mobil. Supir pribadi dan mobil sedan hitam Savira melaju pergi. Savira berjalan dengan semangat, dia tidak membawa tas. Savira menatap sekeliling sembari menyapa orang yang tidak dia kenal. Orang-orang yang disapa mengacuhkannya.

 

INT. Lapangan Basket Indoor.

Lapangan ramai dipenuhi oleh grup cheerleader yang sedang tampil. Penonton bersorak semangat, banyak yang merekam penampilan mereka menggunakan ponsel. Savira melangkahkan kakinya menuju bangku penonton paling atas. Setelah duduk, Savira mengedarkan pandangannya mencari seseorang. Setelah beberapa saat kemudian, Savira tersenyum bahagia.

Savira (V.O.)

Gotcha!!

Savira mengikuti pandangannya ke arah manapun Jesa bergerak. Jesa yang sedang tampil di lapangan tidak menyadari tatapan aneh dari Savira. Hingga akhirnya salah satu anggota tim Jesa jatuh akibat terkejut, bola balon mendarat di depan orang itu. Cairan dari bola tersebut perlahan mengalir, cairan bewarna merah pekat tersebut mengalir hingga sudut-sudut lapangan. Penonton histeris, lagu yang sedang diputar akhirnya dihentikan. Banyak penonton yang merekam kejadian tersebut. Jesa mencari pelaku yang melempar balon darah tersebut, tak sengaja matanya bertemu dengan mata Savira yang terlihat berbinar. Jesa berdiri terpaku. Savira bangkit dari kursinya lalu berjalan pelan menuju lapangan.

Penonton (V.O.)

Itu siapa? Tangannya ada banyak darah!!

Orang-orang yang duduk di bangku dekat Savira langsung menyingkir. Savira sampai di depan Jesa yang masih berdiri kebingungan sekaligus ketakutan. Savira mengeluarkan sebuah botol minum lalu menyodorkannya ke Jesa.

Savira (V.O.)

Nih, minum.

Savira tersenyum manis, wajahnya tidak lagi terlihat menakutkan.

Jesa (V.O.)

G-gak.. Gue gak mau.

Savira menatap tajam Jesa.

Savira (V.O.)

Minum atau kamu mau darah kamu dimasukin ke dalam bola balon tadi?

Jesa ketakutan, keringat memenuhi wajahnya. Dengan cepat Jesa meraih botol minum dari tangan Savira lalu meneguknya. Jesa memuntahkan air dari mulutnya, dia mencengkram lehernya.

Jesa (V.O.)

Ini air mendidih, lo gila ya?!

Savira mengeluarkan pisau kecil lalu menekan pelan pisau tersebut ke arah perut Jesa yang tertutup jersey putih. Jesa berusaha mundur namun Savira dengan cepat melangkah maju. Merasa panik, Jesa langsung meneguk botol berisi air mendidih dengan wajah yang sudah berlinang air mata. Setelah isi botol itu habis, Jesa melempar botol itu ke sembarang arah. Jesa tidak bisa berbicara karena tenggorokannya yang terbakar. Tangisan tanpa suara Jesa direkam oleh ratusan orang yang duduk di bangku penonton. Melihat keadaan tidak terkendali, puluhan penonton turun lalu mendorong Savira agar menjauh dari Jesa. Savira berdiri di ujung menatap Jesa yang dikelilingi oleh puluhan orang yang ekspresinya hampir sama, orang-orang itu khawatir.

Savira (V.O.)

Aneh, dulu mereka gak kayak gitu.

Savira menatap laki-laki disebelahnya yang sedang menyiarkan live Instagram dengan mengarahkan kamera tersebut ke arah Savira.

Savira (V.O.)

Apa karena aku gak cantik?

Laki-laki itu langsung menjauh ketakutan. Tenaga medis memasuki lapangan dan berlari dengan cepat ke arah Jesa yang sudah tergeletak lemas dengan wajah pucat.

Savira (V.O.)

Gak ada gunanya kok. Dia bakal mati.

Savira menyebabkan keheningan satu ruangan. Salah satu tenaga medis perempuan mendatangi Savira.

Tenaga Medis Perempuan (V.O.)

Apa yang kamu tuangkan ke dalam botol?

Savira (V.O.)

Amatoxin? Jamur itu lucu, makanya aku masukan ke dalam minuman hangat Jesa. Dia sudah lelah tampil di lapangan, aku sebagai teman hanya ingin menyemangatinya.

 

Perawat perempuan itu melangkah mundur dengan wajah tidak percaya, perawat itu langsung mendatangi Jesa namun detik itu juga teman perawat itu tampak pucat.

Tenaga Medis Laki-Laki (V.O.)

dia udah meninggal.

Savira (V.O.)

Lagipula, apa yang kalian harapkan dari Amatoxin?

Tenaga Medis Laki-Laki (V.O.)

Apa kamu gila? Untuk apa kamu membunuh temanmu?!

 

Savira diam sejenak.

Savira (V.O.)

Jesa itu cacat. Dia bukan manusia, seorang manusia gak akan nyiksa seseorang yang bahkan gak dia kenal dengan baik. Jesa itu cacat, dalam diri dia ada yang hilang, dia gak ada hati nurani.

 

Savira menatap seluruh orang yang sedang merekamnya secara bergantian. Savira menangis.

Savira (V.O.)

Kenapa dulu kalian gak bantuin aku? Kenapa kalian hanya kasihan sama Jesa?

Savira mengeluarkan sebuah pistol dari sakunya. Seluruh orang di ruangan menjerit ketakutan. Semua orang menundukkan kepala. Savira mengarahkan pistol tersebut ke kepalanya.

Savira (V.O.)

Kalian semua adalah orang cacat.

 

Dor!

Savira tergeletak dengan kepalanya yang mengeluarkan darah, Savira tidak memejamkan matanya sama sekali, mata Savira melotot.

Pada akhirnya, tidak ada yang menghampiri mayat Savira.

 

THE END


Writen by Fransisca

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

  • 200Source : wartakotalive.com "200"WRITEN BYDANIEL WIJAYA1.INT. PASAR (Terdengar ambience suara pasar dan suara kendaraan.) Film dibuka … Read More...
  • HampaSource: soundcloud.comDi balik senyuman, hatinya hampaMencari makna dalam setiap langkahnyaBertanya kepada hatinya.Apakah aku baik-baik saja… Read More...
  • Titik TerangSource : kompas.com"TITIK TERANG"Writen BySandhika J.WFADE IN 1.INT. KANTOR – SIANG MENUJU SORERian, seorang pria muda berpakaian rapi,… Read More...
  • Rumah Berhantu Dita Source : pinterest.com Naskah Film Judul: Rumah Berhantu Dita Genre: Horor Lokasi: Rumah tua yang terbengkalai Karakter: Linda -… Read More...
  • IbuTetangkai kata teriring doaUntumu wahai pelita ku Ketika aku mulai buta Kau datang untuk menyapa Senyum sumpul di wajahmuAdalah harapan bagi… Read More...

0 Response to "Kematian si Cacat"

Posting Komentar